Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 25 August 2015

‘Muhammadiyah Terima Perbedaan Fikih, Sunni, Syiah’


Muhammadiyah terbuka terhadap aneka rupa perbedaan di kalangan Muslimin, termasuk dalam soal fikih, kata pejabat tertinggi organisasi, menegaskan komitmen lembaga pada ‘pluralitas’. 

“Yang penting ada ruang untuk selalu terbuka, fikih itu biasa dikonstruksi, direkonstruksi dan didekonstruksi, sehingga bisa menjadi dinamis,” kata Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah, Haidar Nashir, dalam peluncuran buku “Fikih Kebinekaan: Pandangan Islam Indonesia tentang Umat, Kewargaan dan Pemimpin non-Muslim” di markas besar organisasi di Jakarta, Kamis pekan lalu. 

Menurut Haidar, posisi Muhammadiyah, sebagaimana terungkap dalam muktamar organisasi di Makassar belum lama ini, adalah “membuka diri dan menerima perbedaan”. 

Fanatisme pada satu mazhab fikih bisa mengerangkeng, menjadi “alat kekerasan”, biang sikap rigid, eksklusifisme dan bahkan radikalisme, katanya. 

Dia juga menegaskan kembali komitmen Muhammadiyah siap menjembatani dialog Suni-Syiah. 

“Pintu dialog memang harus kita terbuka tanpa ada kecemasan, kecurigaan dan ketakutan,” katanya.

Tampil sebagai pembicara utama dalam pelucuran buku yang dihadiri kalangan cendekiawan lintas-agama itu, Haidar mewanti-wanti Muslimin untuk mencegah “agama dijadikan alat perlombaan kepentingan untuk meraih kekuasaan atau apapun”. 

“Di hadapan kekuatan seperti itu, jangankan beda agama, bahkan di dalam satu agamapun bisa saling menghabisi,” katanya. 

Andi/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *