Satu Islam Untuk Semua

Monday, 19 March 2018

Merenungi Makna Rajab Bersama Gus Mus


islamindonesia.id – Merenungi Makna Rajab Bersama Gus Mus

 

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui Lembaga Falakiyah mengumumkan bahwa tanggal 1 Rajab 1439 H jatuh pada Senin, 19 Maret 2018, atau persisnya sejak Minggu (18/3/2018) malam.

Ikhbar ini diterbitkan berdasarkan pelaksanaan rukyat di berbagai daerah pada Sabtu (17/3/2018) petang yang tak berhasil melihat hilal.

Karena tim rukyat tidak menyaksikan kemunculan bulan sabit sebagai tanda awal bulan hijriah, maka sesuai ketentuan, jumlah bulan Jumadil Akhir disempurnakan menjadi 30 hari (istikmal).

Bagi kaum Muslimin, bulan Rajab termasuk bulan spesial. Kitab I‘anatut Thalibin menyebutkan, “Rajab” adalah turunan dari kata “tarjib” yang berarti mengagungkan atau memuliakan. Dulu, masyarakat Arab memuliakan Rajab di atas bulan lainnya. Rajab biasa juga disebut “Al-Ashabb” yang berarti “yang mengucur” atau menetes”. Dijuluki begitu sebab derasnya tetesan kebaikan pada bulan ketujuh dalam kalender hijriah ini.

Bulan Rajab bisa juga dikenal dengan sebutan “Al-Ashamm” atau “yang tuli”, karena tidak terdengar gemerincing senjata pasukan perang pada bulan ini. Julukan lain untuk bulan Rajab adalah “Rajam” yang berarti melempar. Dinamakan demikian karena musuh dan setan-setan pada bulan ini dikutuk dan dilempari sehingga mereka tidak jadi menyakiti para wali dan orang-orang saleh.

Rajab juga istimewa karena pada bulan ini pula Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad dilakukan. Jika Isra’ merupakan perjalanan dari Masjid al-Haram menuju Masjid al-Aqsha, maka mi’raj adalah perjalanan naik ke langit hingga Sidratul Muntaha. Kewajiban shalat lima waktu bagi umat Rasulullah adalah di antara buah dari peristiwa ajaib tersebut.

Pendek kata, bulan Rajab merupakan salah satu dari empat bulan haram (dimuliakan) yang disebutkan Alquran. Tiga bulan lainnya adalah Muharram, Dzulqa’dah, dan Dzulhijjah. Pada bulan-bulan ini umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan ibadah.

Untuk itu, memasuki awal bulan Rajab tahun ini, mungkin ada baiknya kita renungkan bersama makna Rajab dalam kacamata Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh, Rembang, Jawa Tengah KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus yang pada Rajab tahun lalu menuliskan sebuah refleksi yang diunggah di Facebook pribadinya dengan judul “Renungan Rajab” itu.

Renungan Rajab

Bisakah kita menjumpai penguasa tertinggi negeri ini, presiden misalnya, atau setidaknya petinggi tertinggi propinsi kita, gubernur, kapan saja kita mau? 

Kalau pun bisa, paling setahun sekali, pada saat diadakan acara open house. 

Nah ini Penguasanya petinggi yang Mahatinggi, Penguasa segala, mengadakan open house sehari lima kali. Bukankah ini Kemurahan yang luar biasa bagi hamba sekecil kita ini?

Bahkan tidak itu saja. Ia bahkan membuka pintu untuk kita kapan saja. Tengah malam atau dini hari sekali pun, Ia menerima pesowanan kita. Malah menawarkan, “Adakah yang punya hajat? Adakah yang memohon ampun? Adakah yang ingin meminta sesuatu?”

Lalu bagaimana kita yang kerdil ini menyikapi Kemahamurahan-Nya itu? Apakah kita penuh semangat menghadap, sebagaimana misalnya bila kita diterima presiden atau gubernur?

 

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *