Satu Islam Untuk Semua

Friday, 29 August 2014

Membedah ISIS: Panduan bagi Pemula


BERLALU sudah era Al Qaeda dan, silahkan tebak, Osama bin Laden. Hari-hari ini dunia punya musuh baru: legiun jihadis transatlantik Islamic State of Iraq and Sham atau kerap disingkat ISIS. Dari level Kapolsek di Bima, tukang tambal ban di Kairo, hingga presiden di Gedung Putih … semuanya jengah, kehabisan kata menyimak kebejatan-nyaris-paripurna kelompok ini di Suriah dan, belakangan, Irak. Koresponden Timur Tengah Islam Indonesia, Anisa Rahmawati, menempatkan ISIS di cawan patri: 

 

Antara kalkun, ubur-ubur, serigala dan hyna. Mana yang lebih mirip dengan ISIS?

Untuk persisnya, tidak ada. Namun kelompok ini mungkin lebih pas disebut monsters. Mereka tak sekadar membunuh musuhnya, lalu puas. Tidak. Standar mereka: menyalip, menggorok, memenggal, menyeret jasad musuh-musuhnya keliling kota. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan, maaf, merebus korban-korbannya. Kalau mau sedikit berkhayal, mereka mungkin pas disejajarkan dengan kanibal Orc dalam film Lord of The Rings. Sebab di Suriah, misalnya, mereka tak segan membantai kelompok-kelompok sekubu yang mereka anggap khianat dan ‘kurang murni’ keislamannya, seperti Jabhat Al Nusra. 

Tapi mereka ini Muslim, bukan? Kok …?

Yup, inilah paradoksnya. Kebejatan ISIS bahkan menjadikan organisasi teror sekelas Al Qaeda seperti segan dan memilih menjauh. Dalam sejarah Islam modern, ISIS mungkin kelompok pertama yang menghadirkan ‘sentuhan’ Hollywood dalam semua kebejatannya: mereka merekam eksekusi mati, pemenggalan dan aneka rupa penyiksaan di depan kamera dan mengunggahnya di Internet. Di hampir semua rekaman video itu, ISIS, ironisnya, tak lupa menyelipkan takbir dan aneka tasbih. Ini termasuk saat mereka membuang jasad yang mereka penggal ke jurang. Beberapa analis menduga semua kebejatan itu memang sengaja mereka niatkan untuk mendudukkan teror ke level paripurna.

Betulkah mereka hanya menyasar kaum Syiah?

Salah besar. Kelompok ini sama sekali tak punya penghormatan pada apapun yang dianggap suci oleh umat beragama manapun: nyawa, perempuan, anak-anak, bangunan-bangunan suci. Semuanya hancur dan berdarah-darah di tangan mereka. Kalau mau jujur, praktis tak ada agama, mazhab, suku dan negara yang aman dari kelompok ini. Di Suriah, mereka membom gereja dan membongkar makam-makan suci, membunuh pastur dan biarawati. Di Mosul, kawasan yang notabene mayoritas Suni di Irak, justru ulama dan orang-orang biasa yang pertama kali tempias di tangan ISIS.

Apa benar mereka juga bercita-cita menghancurkan Ka’bah?

Yup. Itu masuk dalam ‘daftar belanjaan’ mereka lepas sukses menghancurkan sejumlah makam Nabi dan sahabat Rasulullah saw di Suriah dan Irak.

Dari mana dan bagaimana memahami semua kegilaan ini? Lalu, kenapa pula ada banyak orang yang bersimpati pada ISIS?

Pertanyaan yang bagus. Banyak analis di Timur Tengah belakangan kian bulat dan sepakat bahwa ISIS ancaman eksistensial umat manusia. Memang, secara militer, mereka punya banyak kelemahan. Tapi kelompok ini mudah menemukan nafas kehidupan, termasuk tak terhitung suplai ‘kader’, di tengah komunitas Muslim yang mentolerir intoleransi, gemar menafikan dan mengkafirkan kelompok yang dianggap tak sejalan – dan ini, sayangnya, termasuk di Indonesia. So, sepanjang ideologi ISIS tak terkalahkan, maka sepanjang itu pula ada ancaman serius untuk umat manusia.

Ada penjelasan khusus kenapa kelompok ini seperti terobsesi menancapkan kuku di Suriah dan Irak?

Ini juga soal menarik. Bila mau jujur, kelahiran ISIS bermiripan dengan pola hadirnya kanker zionisme di Palestina. Kita tahu Zionisme berhasil memobilisasi Yahudi dari seluruh dunia untuk bermigrasi ke Palestina dengan dalih Palestina adalah ‘tanah yang dijanjikan’. Dalam kasus ISIS, juru propapaganda kelompok kini membawa sejumlah hadis yang intinya Suriah adalah tempat yang dijanjikan Rasulullah sebagai awal kebangkitan Islam. Dalil inilah yang, pada gilirannya, menjustifikasi kehadiran dan mobilisasi jihadis dari berbagai belahan dunia.

Apakah Amerika Serikat dan Israel punya saham di balik kelompok ini, mengingat mereka tak perlu lagi turun tangan langsung melemahkan kekuatan perlawanan di Suriah dan Irak?

Sejumlah analis menggaungkan pendapat seperti itu. Meski faktanya tak ada bukti keras kaitan langsung antara intelijen Amerika Serikat dan ISIS. Yang jadi pengetahuan umum sejauh ini sebatas bahwa Abubakar Al Baghdadi, sosok misterius yang kini jadi bos besar ISIS, dulunya adalah tahanan spesial serdadu Amerika Serikat saat masih bercokol di Irak. Beberapa foto yang tidak terverifikasi di Internet juga mengisyaratkan Al Baghdadi adalah agen intelijen Israel. Kendati, lagi-lagi, semua ini masih sebatas rumor.

Mobilisasi jihadid dari seluruh dunia bukan urusan tahu-tempe, jelasnya. Sudah adakah studi komprehensif tentang siapa yang membandari kelompok ini?

Bila berpegang pada pernyataan Menteri Luar Negeri Jerman, jawabannya jelas: Qatar. Tapi di Timur Tengah, nampaknya sudah rahasia umum kalau Arab Saudi, Kuwait dan Turki adalah kasir royal ISIS. Memang, kelompok ini punya cara sendiri mengumpulkan modal lewat aksi pembajakan mobil, perampokan bank, pemerasan, penculikan untuk tebusan. Setahun terakhir, mereka juga mulai berbisnis minyak mentah, menjual murah hasil ladang-ladang minyak yang mereka kuasai di Suriah dan Irak. Sebagian analis berspekulasi keuntungan ISIS per hari mencapai US$ 1 juta. Tapi ada pula yang menaksir $ 2-4 juta per harinya.

Kapan kelompok ini menemukan ketenangannya? Adakahkah target pasti mereka?

Agak sulit menjawab pertanyaan ini. Dari sisi suplai, ISIS tetap punya nafas panjang selama ideologi intoleransi masih bercokol di tengah Muslimin. Kelompok ini juga bakal terus mengharu-biru benak dunia selama negara-negara yang membandari mereka tetap royal. Dari sisi tujuan, ISIS menyasar wilayah kekhalifaan yang besar, antara sungai Eufrat dan Laut Tengah. Ini target raksasa mengingat wilayah itu berarti mencakup sebagian Suriah, Libanon, Yordania, Palestina dan tenggara Turki. Terlebih bila melihat rencana jangka panjang kelompok ini merentangkan kekhalifahan hingga wilayah Iran, China, Jazirah Arab, sebagian Afrika sampai Spanyol, juga Asia Tenggara, termasuk Indonesia.  *** (Nisa/Islam Indonesia) 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *