Satu Islam Untuk Semua

Friday, 15 August 2014

Melihat Maryam, Mengenang Al-Khawarizmi


flinders.edu.au

Dunia tercengang saat matematikawan perempuan asal Republik Islam Iran, Maryam Mirzhakani (37), menyabet Fields Medal. Sekelas Nobel, penghargaan itu menjadikan dia – sehari-harinya mengajar sebagai professor di Stanford University, Amerika Serikat – wanita pertama sekaligus ilmuwan termuda yang pernah meraih penghargaan itu. Dengan prestasi itu, dia seolah memaksa dunia mengenang kembali Al-Khwarizmi, bapak matematika modern, yang juga kelahiran Iran.

Lahir di sekitar tahun 780 M, Abu Ja’far Muhammad ibn Musa Al-Khwarizmi adalah ilmuwan pencetus aljabar, ‘bahasa ibu’ matematika. Dia merumuskan aturan penyederhanaan dan pemecahan masalah menggunakan simbol, yang kemudian menjadi basis lahirnya cabang-cabang lain dalam matematika, seperti geometri, trigonometri, kalkulus, dan sebagainya. Sebab sifatnya yang universal, aljabar kemudian menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Dari insinyur, arsitek, akuntan hingga apoteker, semuanya tak bisa lepas dari aljabar. Dalam kehidupan sehari-hari, aljabar lah yang memungkinkan manusia modern bisa mencipta barang-barang vital seperti komputer dan handphone.

Semasa hidupnya, Al-Khwarizmi banyak menghabiskan waktunya di Bagdadh, Irak. Hidup di era khalifah Bani Abbasiyah di Baghdad, dia menuliskan teori dasar aljabar dalam buku Al-Kitab al-mukhta?ar fi ?isab al-jabr wa-l-muqabala pada tahun 820 M. Di luar itu, karya lainnya mencakup buku tentang algoritma, astronomi, geografi dan kartografi.

Berabad-abad kemudian, karya-karya Al-Khwarizmi tak pernah jeda memberi manfaat. Termasuk pada matematikawan seperti Maryam Mirzhakani, yang menemukan cara ringkas menghitung volume benda-benda tak beraturan. Dunia berutang pada mereka berdua. (Z/berbagai sumber)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *