Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 13 May 2014

Maulana Malik Ibrahim (Bukan) Wali Songo?


www.islam-institute.com

Pandangan masyarakat tidak selalu berdasar fakta sejarah, jadi tidak diakui secara akademis—Agus Sunyoto.

 

Selama ini, masyarakat kadung menganggap Maulana Malik Ibrahim sebagai salah satu wali songo. Namun, Agus Sunyoto memiliki pandangan tersendiri. Dalam bukunya berjudul Atlas Wali Songo, Agus, dengan disertai fakta sejarah, ia mengungkapkan bahwa Maulana Malik Ibrahim bukan termasuk salah satu wali songo. Alasannya?

Menurut Agus, Syekh Maulana Malik Ibrahim wafat pada 1419 M. Pada saat itu Sunan Ampel, wali tertua kedua dalam tradisi ziarah Wali Songo belum dilahirkan, atau kalaupun sudah lahir, ia masih bayi.

“Bukti sejarah menyebutkan bahwa pada tahun 1440 usia Sunan Ampel belum berumur 20 tahun. Jadi secara nalar, tidak mungkin Syekh Maulana Malik Ibrahim berada satu mimbar dengan Sunan Ampel untuk membahas strategi penyebaran Islam,” ujar Agus pada sebuah diskusi di Kediri, seperti dilansir Nu.or.id pada Selasa (13/05).

Namun, meski Syekh Maulana Malik Ibrahim tidak masuk dalam kategori Wali Songo, ia tetap menjadi bagian penting penyebaran Islam tahap pertama, seperti juga Fatimah binti Maimun, Syekh Wasil dan beberapa ulama lain semasanya. Ada banyak ulama pra-Wali Songo yang dikupas dalam atlas itu. Makam para penyebar Islam itu diziarahi umat Islam setiap hari.

Ia menambahkan, sejarah Wali Songo cukup rumit. Sunan Muria, anak Sunan Kalijaga malah hidup pada tahun 1500-an, agak jauh dari masa Sunan Ampel. Beberapa peneliti menyebutkan Wali Songo merupakan sebuah dewan yang beranggotakan sembilan ulama. Jika salah seorang meninggal, maka digantikan oleh yang lain.

Agus pun memaklumi jika kemudian terdapat beragam perbedaan di tengah masyarakat. Sebab, menurutnya, fakta sejarah tidak harus selalu sama dengan pandangan umum.

Dan, informasi yang selama ini berkembang justru merupakan pandangan masyarakat, yang belum tentu berdasar fakta, “Pandangan masyarakat tidak selalu berdasar fakta sejarah, jadi tidak diakui secara akademis,” tambahnya.

Agus mengatakan bahwa, buku ini merupakan sebuah usaha untuk menyajikan wali songo sebagai fakta sejarah. Adapun kepercayaan masyarakat biarlah tetap berkembang seperti apa adanya.

 

 Sumber; Nu.or.id.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *