Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 03 June 2017

Masjid Indrapuri, Saksi Sejarah Peradaban Islam Tanah Rencong


islamindonesia.id – Masjid Indrapuri, Saksi Sejarah Peradaban Islam Tanah Rencong

 

Salah satu bukti peninggalan sejarah peradaban Islam di Aceh adalah Masjid Indrapuri. Letaknya persis di bantaran krueng (sungai) Aceh di Kabupaten Aceh Besar. Masjid ini menjadi saksi bisu peradaban Hindu hingga masuknya Islam di Tanah Rencong.

Masjid Indrapuri terletak di wilayah Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar, atau sekira 24 kilometer dari kota Banda Aceh. Saban hari puluhan masyarakat baik lokal hingga mancanegara berziarah ke masjid ini.

Dengan gaya arsitektur kuno, dibangun di atas bekas pura masa pra Islam, konon pembangunan masjid ini dilakukan saat masa jaya Kerajaan Aceh Darussalam di bawah komando Kesultanan Iskandar Muda yang berkuasa sejak 1607 hingga 1636 Masehi.

Konon sebelum dibangun masjid, lokasi ini merupakan salah satu pura sekaligus benteng Kerajaan Hindu Lamuri sebelum masuknya pengaruh Islam di Aceh.

Arsitektur masjid cukup sederhana. Pengurus Masjid Indrapuri, Sarnadi mengatakan benteng yang kini dijadikan masjid tersebut terbuat dari batu bercampur batu dan tanah liat. Maklum, saat itu belum dikenal perekat pasir seperti semen.

Saat pembangunan masjid, Sultan Iskandar Muda mamasang 36 tiang penyangga bersama penopang atap. Dari tiang tersebut masih terlihat beragam bentuk ukiran khas masa kerajaan kuno. Di samping itu bentuk atap masjid ini menyerupai piramida dengan empat atap dari bawah hingga ke puncak.

Disebut-sebut empat tingkat ini memiliki makna khusus dalam dunia Keislaman. “Empat tingkat atap melambangkan empat tingkatan ilmu Islam, mulai Syariat, Tarekat, Hakikat dan Makrifat,” kata Sarnadi belum lama ini.

Syariat yang dimaksud ialah hukum atau aturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim. Sementara Tarekat dimaknai dengan jalan yang dilakukan untuk menjadi seorang hamba yang takwa.

Pada tingkat selanjutnya yakni Hakikat atau kepercayaan sejati, maksudnya, tidak ada yang dipercaya selain Allah. Dan pada tingkatan paling atas dimaknai dengan Makrifat atau mengenal Allah. Dalam tasawuf tingkatan ini seperti seorang sufi yang telah mencapai maqam, atau telah mendapat martabat di hadapan Ilahi.

Masjid Indrapuri menjadi saksi bisu peristiwa penting dalam sejarah Kerajaan Aceh. Saat masa-masa menjelang runtuhnya kesultanan Aceh, Masjid Indrapuri merupakan pusat pemerintah di masa agresi kedua Belanda saat menguasai pusat pemerintahan di Masjid Raya Baiturrahman (1874).

Tidak lama setelah itu, masjid ini juga menjadi lokasi didaulatnya Tuanku Alaidin Muhammad Daudsyah yang masih belia sebagai Sultan. Ia menggantikan pemimpin sebelumnya yakni Sultan Alaidin Mahmudsyah (1870-1874) yang wafat akibat terserang penyakit. Muhammad Daudsyah sendiri menjadi sultan terakhir di kerajaan Aceh.

“Masjid Indrapuri dibangun tanpa ada paku baut, semuanya dengan kayu yang dipasak. Benar-benar bangunan kuno, banyak bangunan kuno tidak dipaku, hanya dipasak, sesuai dengan zamannya saat itu,” sebut Sarnadi.

Masjid ini berdiri di area 33.875 meter persegi. Jika dilihat bangunan benteng, terdapat tiga lantai dengan lantai terakhir paling pucuk ialah bangunan masjid kuno di atas pura, Masjid Indrapuri.

 

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *