Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 25 October 2017

Mamah Dedeh Ulama Terpopuler, Evaluasi Bagi Dakwah Muhammadiyah-NU?


islamindonesia.id – Mamah Dedeh Ulama Terpopuler, Evaluasi Bagi Dakwah Muhammadiyah-NU?

 

Alvara Research Center merilis survei teranyar soal ulama terpopuler yang digeler di enam kota besar. Hasilnya, dari tiga ulama terpopuler, tak ada satupun ulama yang berafiliasi dengan dua ormas besar di Indonesia: Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.

“Mereka menempatkan Mamah Dedeh (25,3 persen), Aa Gymnastiar (23,4 persen), dan Habib Rizieq Shihab (13,9 persen) sebagai tiga ulama terpopuler,” kata Direktur Alvara Research Center Hasanuddin Ali seperti dilansir detik.com, 25 Oktober.

Ali bilang, ulama kharismatik dan kiai senior di pesantren-pesantren yang tidak pernah tampil di media massa maupun media sosial akan terus ditinggalkan secara popularitas. Padahal, kata Ali, justru ulama-ulama seperti inilah yang memiliki kedalaman ilmu maupun otoritas keagamaan.

Sekretaris Majelis Hukum dan HAM PP Muhammadiyah, Fajar Riza Ul Haq, mengakui perubahan kelas menengah muslim ini sebenarnya sudah terdeteksi dalam beberapa survei yang ia dapatkan sebelumnya. Fenomenanya hampir sama, yakni kelas menengah muslim lebih memilih pola beragama yang lebih ringkas.

Tiga ulama terpopuler dalam survei itu justru tidak terafiliasi dengan ormas Muhammadiyah maupun Nahdlatul Ulama. Mereka memiliki cara tersendiri dan menjadi perhatian kelas menengah muslim. Karena itu dua organisasi tersebut harus memperbarui cara berdakwah yang selama ini dilakukan.

“Ini terkait komunikasi dakwah. Itu membutuhkan terobosan baru untuk generasi milenial, perkembangan komunikasi, dan pendekatan masyarakat. Pendekatan ini juga mencakup sikap merangkul, bukan memukul dengan istilah radikal, teroris, wahabi dan lainnya,” ucap Fajar.

Mantan Direktur Eksekutif Maarif Institute ini mengingatkan terdapat kelompok yang memahami agama secara hitam-putih dalam jumlah yang tidak sedikit. Masuknya Rizieq Shihab sebagai tiga besar ulama terpopuler menunjukkan terdapat kelompok yang pemahamannya segaris dengan FPI. Padahal ormas itu selama ini oleh sebagian kalangan diidentikan dengan kekerasan.

“Temuan ini tidak bisa dianggap remeh, harus bisa menjadi salah satu alarm kita dalam kontestasi di tengah masyarakat,” kata Fajar.

Secara umum, survei ini bertema Sikap dan Pandangan Kelas Menengah tentang Radikalisasi Agama Khilafah, Jihad dan Negara Islam di Indonesia itu digelar di enam kota seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, dan Makassar pada 20 September-5 Oktober 2017. Respondenya, sebanyak 1.200 orang terdiri dari pegawai BUMN (500 orang), PNS (300), dan pegawai swasta 7 bidang sektor pekerjaan (400 orang).[]

 

YS/ IslamIndonesia

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *