Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 13 May 2014

MAKARYO Kecam Aksi Kekerasan Atas Nama Agama


foto:lpmhhimmahuii.org

Kekerasan atas nama agama yang semakin marak di Yogyakarta menjadikan sekelompok masyarakat dari berbagai lintas agama bersuara.


SEKELOMPOK masyarakat lintas agama yang menamakan dirinya Masyarakat Anti-Kekerasan Yogyakarta (MAKARYO) menyerukan agar aparat penegak hukum di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta bertindak tegas kepada para pelaku kekerasan sektarian yang terjadi di wilayah tersebut beberapa waktu lalu.

“Kami meminta pemerintah Kabupaten Gunungkidul memperhatikan secara serius terhadap masalah ini,” kata juru bicara Makaryo Hafizen seperti diberitakan oleh The Jakarta Post pada Senin (12/5)

Dalam konfrensi pers itu, Makaryo mengungkapkan temuan mereka mengenai 18 kasus kekerasan sektarian yang belum dituntaskan di provinsi tersebut. Insiden terakhir terjadi saat para anggota Front Jihad Islam (FJI) diduga menyerang ketua Forum Interfaith Gunungkidul, Aminuddin Azis.

Seperti dilansir oleh beberapa media lokal, pada Jumat (2/5), Aminuddin dianiaya dan mobilnya dirusak ketika ia berhenti di lampu merah persis di depan Kantor DPRD Gunungkidul.

Ketika Amin keluar kendaraan, para anggota FJI memburu Aminuddin, sehingga Amin meminta perlindungan ke kantor polisi Gunungkidul. “Polisi tidak berbuat apa-apa bahkan ketika mereka mengancam akan memenggal leher saya,” ujar Aminuddin, yang juga sekretaris cabang Gerakan Pemuda Anshor Yogyakarta, sayap pemuda Nahdlatul Ulama (NU).

Kepada media, Amin mencurigai upaya penganiayaan itu dipicu oleh kecamannya di sebuath media online terhadap ulah FJI yang merusak dan menutup paksa gereja Kemah Injili Indonesia di Widoro, Gunungkidul, pada 30 Maret dan 6 April 2014.

Dalam aksi tersebut, FJI juga diduga membagikan selebaran yang berisi kecaman terhadap perayaan Paskah Bersama Adi Yuswo, yang dijadwalkan akan diadakan pada Sabtu (31/5), di Gunungkidul.

Dalam pernyataan protesnya, Koordinator Gusdurian Indonesia Alissa Wahid menyebut kasus yang menimpa Amunuddin di wilayah provinsi DI Yogyakarta sebagai salah satu yang terjadi di hampir setiap bagian dari Indonesia. “Ini adalah fenomena sosial – perubahan yang perlu direspon secepat mungkin,” katanya.

Karena itu, menurut salah satu putri almarhum Gus Dur tersebut, pihaknya sangat berharap polisi akan bertindak tegas terhadap para pelaku. Jika tidak, maka siap-sap saja Indonesia menjadi seperti Afghanistan atau Pakistan: penuh kelompok-kelompok intoleran, yang menjadi pemicu berbagai insiden kekerasan.

Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta Samsudin Nurseha menyayangkan ketidaktegasan yang diperlihatkan oleh Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X terhadap situasi tersebut. “Sejauh ini peran Sultan agak minim,” kata Samsudin.

Sementara itu, Kapolda Gunungkidul Adj. Kombes. Farid Zulkarnain kendati hingga kini pihak kepolisian belum menangkap mereka yang bertanggung jawab atas serangan terhadap Aminuddin, mereka akan terus mengusut penyerangan tersebut. “Jika kami tidak dapat menemukan saksi maka kami akan mencari petunjuk lain seperti rekaman video,” kata Farid.

Soal tuduhan yang menyebut polisi menjadi pengawal FJI saat aksi penutupan dan perusakan gereja di Widoro, Farid menolaknya. Dia mengatakan polisi justru berusaha untuk menengahi terjadinya konflik antara FJI dengan pihak gereja.

Dalam keterangannya kepada media, Komandan FJI, Abdurrahman membantah bahwa ia merupakan orang di balik penyerangan FJI terhadap Aminuddin. Soal perusakan dan penutupan gereja, ia pun menafikan semua aksi kekerasan tersebut dilakukan secara resmi oleh FJI.

 

Sumber: The Jakarta Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *