Mahathir Mohamad: Islam dalam Ancaman

Mantan perdana menteri Malaysia, Dr. Mahathir Mohamad menyatakan bahwa Islam kini berada dalam ancaman. Ia memperkirakan bahwa pengaruh agama akan memberikan kerugian yang membuat negara mirip dengan Singapura.

“Ini adalah ketakutan yang benar (bahwa Islam berada di bawah ancaman). Jika kita kehilangan pengaruh kita pada negara, jelas banyak hal yang menyinggung Muslim akan kita temukan di sini,” kata Mahathir dalam konferensi pers.

“Kami lihat di Singapura, misalnya. Duduk bersama orang-orang yang sedang makan babi, bagi umat Islam itu tidak dilarang. Tetapi secara tradisional, bagi masyarakat Melayu itu tidak diizinkan.”

“Tapi di Singapura, mereka mengatakan, selama Anda tidak makan, Anda dapat menempatkan babi panggang di depan. Tapi untuk Melayu ini adalah sesuatu yang tidak bisa diterima,” katanya.

Mahathir menekankan bahwa jika penghormatan terhadap tradisi-tradisi Melayu dan adat istiadat diletakkan ke samping, maka Muslim akan kehilangan kekuasaan.

Namun dia mengakui bahwa ini hanyalah tradisi yang dipraktekkan oleh orang Melayu, dan belum tentu merupakan bagian dari agama Islam.

Mahathir juga menolak untuk menyalahkan “LSM Muslim” yang memprovokasi ketegangan rasial dan agama, tetapi menyalahkan niat Kristen menggunakan kata Arab, Allah.

“Provokasi tidak hanya oleh kelompok-kelompok Muslim. Semua ini, selama masa penjajahan Inggris dan setelah kemerdekaan, disepakati bahwa kata Allah tidak boleh digunakan dalam teks Kristen,”

“Tapi sekarang Anda sengaja membawa hal ini dan membuat segala macam klaim mengatasnamakan rakyat. Mereka mungkin bereaksi keberatan dan kemudian bertindak.”

Dia mengatakan setiap pernyataan yang dibuat oleh LSM merupakan reaksi “orang” Islam di Malaysia yang diperlakukan saat ini.

“(Mereka yang memiliki) tidak lebih menghormati Islam, mereka melakukan hal-hal yang akan diterima Islam, dan tiba-tiba mereka datang dengan ide bahwa mereka harus memanggil dewa mereka dengan Allah juga, ini sangat membingungkan, ” kata Mahathir.

Sumber: freemalaysiatoday.com