Satu Islam Untuk Semua

Monday, 08 September 2014

Lima Kesalahan Mendidik Anak


Kreatif membujuk anak

Semua orang tua ingin menyenangkan anaknya sebisa mungkin. Hari ini si kecil bisa dapat sepeda, besok dapat hadiah kue tart, lusa dapat permen, es krim dan diajak senang-senang di pantai. Tapi keinginan menyenangkan si kecil itu seringkali melampaui porsi pendidikan jiwa anak yang seharusnya – dan akibatnya justru fatal. Islam mengajarkan keseimbangan dan keadilan. Menyayangi anak adalah sebuah keharusan namun porsinya pantang berlebih, pantang berkekurangan.

Berikut lima kesalahan klasik orang tua dalam mendidik anak:

1. Lebih mementingkan kebutuhan jasmani daripada ruhani atau akhlak.

Tubuh anak memerlukan nutrisi untuk perkembangannya namun jiwanya butuh pendidikan dan teladan dalam membentuk karakternya. Ketika seorang ayah membelikan pakaian atau hadiah mainan, hendaknya seorang ibu mengajarkan rasa bersyukur dan terima kasih. “Bilang terima kasih sama ayahmu, nak!”

2. Menghardik anak dengan kata-kata kasar.

Kata-kata kasar atau buruk yang dialamatkan orang tua kepada anak akan membekas dan membentuk pribadi buruk sang anak. Sebaliknya kata-kata baik dan pujian yang indah akan membentuk anak sebagaimana kata-kata yang diucapkan. Ketika anak tidak bisa melakukan suatu hal, jangan sekali-kali  mengatakan, “Bodoh kamu!” Lebih baik katakan, “Insya Allah kamu bisa, berusaha lagi, nak.”

3. Menumbuhkan rasa takut pada anak.

Dengan dalih anak supaya penurut atau agar anak berhenti dari tangisnya, orang tua kerap menakuti anaknya dengan hantu, setan, orang gila dan sebagainya. Ini pantang. Sebaiknya orang tua mencari cara kreatif membujuk anak. Misalnya adalah via cerita kepribadian dan keberanian orang-orang mulia.

4. Selalu memenuhi permintaan anak.

Sebuah kesalahan besar jika orang tua selalu memenuhi permintaan si kecil. Kebiasaan ini bakal menjadikan si kecil ‘belajar’ menjadikan orang tuanya laiknya mesin ATM. Orang tua juga perlu menimbang baik dan buruk apa yang anak minta. Sekali tempo anak juga perlu tahu jika dompet orang tua lagi cekak di akhir bulan. “Sekarang ayah tidak punya uang, nak. Tunggu lepas ayah gajian yah!”

5. Terlalu keras dan kaku dalam mendidik anak.

Orang tua bukanlah pemimpin militer dalam sebuah kesatuan sehingga tidak boleh ada pembangkangan anak buah. Orang tua adalah pemimpin kafilah perjalanan panjang kehidupan. Terkadang  harus keras agar anggota pasukan tetap dalam barisan namun tak jarang harus menghibur di saat kelelahan. Menjadi orang tua berwibawa ketika anak mengadukan permasalahan namun perlu juga menjadi kawan seusianya ketika anak berkeluh kesah tentang permasalahannya. (MA)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *