Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 13 May 2014

Lembaga Kristen Malaysia Kecam Seminar di UiTM


foto: themalaymaonline.com

Lembaga pendidikan harusnya menjadi corong perdamaian bukannya penghasil ide-ide provokatif dan penuh kebencian.

 

MENYUSUL terjadinya berbagai gejolak yang ditujukan terhadap kaum Kristiani belakangan ini di Malaysia, Federasi Kristen Malaysia (Christian Federation of Malaysia, CFM) dan Dewan Gereja Malaysia (Council of Churches of Malaysia, CCM) menyerukan agar lembaga pendidikan tinggi Islam digunakan untuk menyebarkan paham kebencian dan pengecaman  terhadap agama Kristen. Seruan itu dilontarkan kedua lembaga Kristen tersebut terkait sebuah seminar di Universiti Teknologi Mara (UiTM) yang mengambil tajuk ‘penggunaan kata “Allah” dan Kristologi’ pada Selasa (6/5).

Besoknya, CFM kemudian mengeluarkan pernyataan bahwa sebagai lembaga agama pihaknya mengakui hak UiTM untuk mengatur kuliah umum tentang topik apapun. Namun, lembaga tersebut menegaskan bahwa kebebasan akademik tidak boleh digunakan untuk mempromosikan pernyataan, terutama yang bersifat provokatif.

Menurut Ketua CFM Pendeta Dr Eu Hong Seng jika ada kebebasan akademik yang tulus dan jujur, maka semua pihak  bisa bertukar pikiran, bukannya melakukan presentasi sepihak dengan informasi yang tidak akurat yang disebarkan seolah sebagai fakta.

“Sebaliknya, seminar itu akan menjadi tidak lebih dari ceramah kebencian dan propaganda sektarian yang menyamar sebagai kebebasan akademik,” kata Pendeta Eu.

Dalam kesempatan itu, Pendeta EU juga menyatakan akibat prilaku tersebut maka integritas perguruan tinggi akan terdegradasi. Ini jelas suatu kemuduran karena menimbulkan kerugian besar bagi kejujuran intelektual dan mendiskreditkan reputasi lembaga publik itu sendiri.

Hampir senada dengan Pendeta Eu, Sekum CCM Pendeta Hermen Shastri menyatakan bahwa adanya seminar tersebut menjadi bukti bahwa di UiTM diperbolehkan menggelar seminar semacam itu. Ini menunjukan bahwa kampus tersebut bersedia untuk mentolerir dan bahkan mempromosikan bentuk ajaran agama tertentu dengan agenda tertentu.

“Hal ini tidak mengherankan bahwa negara kita telah mencapai titik terendah dalam hubungan antaragama mengingat terjadinya hampir setiap minggu dari beberapa bentuk pandangan fanatik agama yang diberikan ruang di sini,” katanya.

Pendeta Hermen mengatakan bahwa untuk pemahaman antaragama dan ko-eksistensi damai demi kebaikan bersama di Malaysia, nilai-nilai universal dimiliki oleh semua agama harus diajarkan dan ditanamkan di kalangan mahasiswa sebagai gantinya.

Ia juga menyayangkan kelalaian pemerintah Malaysia dalam melawan pandangan agama yang ekstrem dan fanatik serta pers tertentu sehingga memberikan kesempatan beberapa pandangan ulama “kontroversial” terkemukakan.

Seperti dilansir oleh beberapa media Malaysia, pada seminar di UiTM, telah muncul salinan sebuah buku yang diterbitkan oleh Dewan Islam Selangor tentang ancaman kristenisasi di kalangan umat Muslim di Malaysia. Buku yang berjumlah sekitar 1.000 eksemplar itu secara terbuka disebar ke seluruh peserta seminar

Selain buku tersebut, dibagikan pula  buku bertajuk ‘Kewajiban untuk menjaga kesucian nama Allah’, yang isinya menekankan “terlarangnya” non-Muslim, terutama Kristen, menggunakan kata “Allah” dalam kehidupan sehari-hari mereka.

 

Sumber: UCA News

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *