Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 11 September 2012

Ledakan WTC Versi Pakar Fisika


Siapa bilang Gedung WTC yang ambruk pada peristiwa 11 September 2001 itu ambruk karena hantaman pesawat? Seorang fakar fisika Amerika Serikat menemukan fakta yang mengejutkan.

Sudah 11 tahun Tragedi 9/11 berlalu. Hingga detik ini, dunia tak pernah diberitahu secara pasti sebenarnya apa yang terjadi di balik kehancuran menara kembar di pusat kota New York tersebut. Beberapa waktu yang lalu ada pendapat menarik dari Profesor Steven E.Jones. Pakar fisika dari Brigham Young University, Utah, AS itu menyebut  bahwa kehancuran dahsyat seperti yang dialami Twin Tower serta gedung WTC 7 hanya mungkin terjadi karena seperangkat bom yang secara sengaja memang sudah dipasang pada bangunan-bangunan tersebut.Tentu saja analisa Jones ini. sangat berlawanan dengan hasil penelitian FEMA, NIST dan 9-11 Commision bahwa penyebab utama keruntuhan gedung-gedung tersebut adalah api akibat terjangan pesawat dengan bahan bakar penuh.

“Saya mengimbau dilakukan suatu investigasi secara serius atas hipotesa bahwa gedung WTC 7 dan Menara Kembar WTC runtuh bukan hanya oleh benturan (pesawat) dan kebakaran, tapi juga karena bahan peledak yang sudah ditempatkan sebelumnya,” kata Jones.

Dalam sebuah papernya yang  sempat dipublikasikan pada pertengahan November 2008 oleh situs harian Deseret Morning News yang terbit di Salt Lake City, secara sistematis Jones coba memberi keyakinan bahwa tidak mungkin hanya api yang menghancurleburkan gedung berkonstruksi baja tersebut. Menurutnya, simetrikal dan cepatnya keruntuhan gedung-gedung tersebut membuktikan bawa penjelasan resmi FEMA, NIST dan 9-11 Commission yang kini sudah menjadi pegangan publik pada umumnya adalah sebuah kekekeliruan.

“Fakta sebenarnya, tampaknya ada bahan peledak yang sudah ditempatkan sebelumnya pada tiga gedung di Ground Zero itu,” ujar ilmuwan yang mengambil spesialisasi metal-catalysed fussion, archaeometeri dan solar enegy tersebut.

Gedung WTC 7, yang sesungguhnya tidak ditabrak pesawat, ambruk pada petang hari 11 September 2001 dalam 6,6 detik atau hanya 0,6 detik lebih lama dari perjalanan jatuhnya sebuah benda dari puncak gedung 47 lantai itu ke tanah. “Dimana faktor kelambatan yang harus terjadi karena kekekalan gaya gerak, yang merupakan hukum dasar fisika?,” katanya.

Situasi itu memunculkan  hipotesa adanya upaya penghancuran lewat suatu ledakan, di bagian bawah dan tiang-tiang baja penyangga gedung, sehingga jatuhnya mendekati kecepatan benda jatuh bebas. Lebih dari itu, adanya  puing-puing bekas gedung WTC tersebut , memperkuat asumsi bahwa kehancuran akibat ledakan karena sebagian besar materi gedung menjadi seperti bubuk. “Bagaimana kita bisa yakin pada kejanggalan ini selain kerena bahan peledak?,” katanya.

Juga adanya lelehan logam yang sempat terlihat di  puing-puing Gedung WTC bisa jadi sebagai akibat suatu reaksi suhu tinggi dari bahan ledakan yang biasa digunakan seperti thermite. Gedung yang jatuh bukan oleh ledakan tidak cukup punya energi langsung untuk mengakibatkan lelehan metal dalam jumlah besar.

Argumentasi lainnya, untuk menguapkan struktur baja penyangga diperlukan api dengan temperatur mendekati 5.000 derajat Fahrenheit. Itu sebuah temperature yang sangat panas mengingat barang-barang kantor dan minyak diesel yang terbakar tidak mungki  mencapai suhu sepanas itu. Api yang disebabkan oleh bahan bakar jet dari pesawat tersebut paling lama umurnya hanya sekian menit, lalu jika api dari materi kantor tersebut menyebar  kemana-mana, itu hanya akan berlangsung dalam 20 menit. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *