Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 26 February 2014

Kontroversi Video Musik Katy Perry


youtube.com

Sebuah petisi di Change.org yang sudah mendapat dukungan sekitar 43.000 penandatangan, menuntut You Tube agar mencopot video resmi penyanyi Amerika Serikat Katy Perry yang berjudul Dark Horse. Peluncur petisi tersebut keberatan karena dalam video tersebut, terdapat adegan pembakaran seorang pangeran yang mengenakan liontin berlafadzkan “Allah”.  Adegan itu dianggap penghinaan terhadap agama (dalam hal ini Islam).

Kalau kita mau sedikit melihat ke belakang, sebenarnya bukan baru kali ini saja penampilan Katy Perry membawakan Dark Horse mengundang kritik. Sebagaimana dilansir Christian Post, penampilannya dalam acara Grammy 2014 belum lama ini bahkan disebut-sebut mengandung unsur pemujaan setan. Disebutkan pula dalam laporan itu, penyanyi gospel Natalie Grant bahkan sangat tersinggung dengan penampilan Perry hingga meninggalkan acara Grammy lebih awal. Belum lagi kalau kita hitung penampilan penyanyi itu dalam American Music Award membawakan lagunya Unconditionally, yang oleh sebagian orang disebut mengandung unsur rasisme.

Tak pelak lagi, unsur kontroversi semacam itulah yang sering digunakan kalangan industri entertaintment untuk mendulang publisitas yang berujung tentu saja pada omset penjualan. Lantas, apakah kemudian setiap kali kita harus marah dan mengumbar amuk dengan hal itu? Bagaimana semestinya Muslim bersikap? Sebab di antara mereka yang meradang dengan video Katy Perry itu, ada pula sebagian Muslim yang berpendapat, “Tak perlulah kita marah kalau kita sendiri masih belum benar dalam berislam.” Atau kalau kita ingat Gus Dur, dengan gaya santainya pernah mengatakan, “Tuhan itu nggak perlu dibela.”

Satu lagi yang barangkali tak boleh kita lupakan, adalah pesan almarhum Habib Munzir Al-Musawwa. Menurutnya, saat menghadapi cobaan berupa penghinaan terhadap agama atau lembaga-lembaga keagamaan, umat Islam sebaiknya bertindak bijaksana. Tindakan bijak yang dimaksud adalah dengan melakukan upaya terus menerus menjelaskan kepada keluarga, teman, siapa pun yang mampu kita jangkau, bahwa Islam bukanlah yang seperti difitnahkan.

Yang kedua, kita juga harus membedakan, apakah pihak yang melakukan penghinaan, fitnah, atau kesalahan menyangkut Islam itu memang sengaja melakukan provokasi, atau memang benar-benar tidak paham akan agama ini. terhadap yang sengaja lakukan provokasi, tentu saja kita tak boleh terpancing. Jangan sampai mereka kemudian mempertontonkan dan menunjukkan kepada dunia bahwa Muslim benar-benar umat yang anarkis. Sedangkan kepada yang tidak memahami Islam, wajib bagi kita memberikan informasi yang benar. Semua itu, menurut Habib Munzir, harus dilakukan dengan penuh kesabaran dan tidak perlu dengan penuh emosi.

Bukankah segala yang ada dalam kehidupan ini merupakan fitnah (ujian) bagi keimanan kita? Dan bukankah Rasulullah mengajarkan, bahwa orang kuat bukanlah mereka yang secara fisik dapat mengalahkan musuh, namun ialah yang dapat mengendalikan dirinya pada saat marah.

Pada akhirnya, tak ada jalan lain untuk menunjukkan kemuliaan Islam, selain dengan menunjukkan perilaku dan akhlak mulia yang pastinya harus dimulai dari kaum Muslim sendiri. Wallahu a’lam bishawab.  [] 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *