Kisah Youssef dan Pariwisata Mesir Yang Lumpuh
Akibat konflik berkepanjangan melanda Mesir, sektor pariwisata di negeri piramid itu mengalami anjlok secara drastis. Rupanya berbagai kerusuhan dan pembunuhan yang terjadi secara sporadic pasca Insiden 14 Agustus (saat terjadi penumpasan terhadap para pengikut presiden terguling Muhammad Mursi) telah memberikan pukulan berat bagi industri pariwisata Mesir, yang sampai saat ini menyumbang lebih dari 11 persen dari produk domestik bruto negara itu dan hampir 20 persen dari pendapatan penukaran mata uang luar negeri. Demikian laporan yang dilansir Arab News pada Jumat (23/8).
Menurut Gad El-Nasr Karim, penurunan itu terutama disebabkan oleh berkurangnya kedatangan turis asing di bandara Mesir hingga lebih dari 40 persen termasuk dalam hari Minggu sampai Selasa dibandingkan dengan waktu yang sama minggu sebelumnya. Menurut Pimpinan Pengelola Bandara Mesir tersebut, dalam waktu yang sekitar 13.000 turis asing, mayoritas dari Jerman dan Italia, telah meninggalkan resor-resor di sekitar Laut Merah, Sharm El-Sheikh dan Hurghada . “Memang ada pendatang baru, tapi tidak relevan jumlahnya hanya 3.000 orang,” ungkapnya.
Sementara itu pemerintah di AS dan Eropa menyarankan warga mereka untuk menghindari Mesir. Situasi ini jelas mengancam kehidupan satu dari delapan orang Mesir yang mengandalkan kehidupan mereka dari dari bidang pariwisata.
Salah satu dari mereka bernama Youssef menyatakan bahwa yang mereka perlukan sesungguhnya hidup dalam kondisi ekonomi yang stabil. Bagi orang-orang sepertinya, kondisi itu akan tercapai jika kehidupan pariwisata kembaliberjalan normal. “Untuk makan sehari hari saja kita sekarang agak susah,”ujarnya.
Kendati pada 2011, industri pariwisata Mesir sempat terancam collapse, saat pasca penggulingan Presiden Hosni Mubarak, namun akibat suntikan dana lebih dari $ 10 miliar ke dalam perekonomian tahun lalu oleh pemerintah, perlahan-lahan industry ini kembali pulih. Namun kisruh pasca penggulingan Muhammad Mursi menjadikan beberapa investor asing (terutama dari AS) menarik kembali uang mereka.
Imbasnya jelas: sector pariwisata kembali terancam lumpuh termasuk penyewaan perahu yang merupakan mata pencaharian sebagian warga Mesir seperti Youssef. Sepinya pelanggan membuat Youssef terpaksa banting setir menjadi penjaga keamanan di toko dengan bayaran $ 43 perbulan. Tentunya untuk menghidupi satu istri dengan 4 anak dan tiga saudara perempuannya, jumlah itu sangat tak berarti.
” Demi Allah, jumlah seperti itu tak akan cukup buat kita sebenarnya. Tapi Ya mau bagaimana lagi, untuk menutupi kekurangannya kita harus meminjam uang seperti yang dilakukan banyak orang Mesir hari-hari ini,”katanya.
Leave a Reply