Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 09 April 2015

KISAH – Yang Terbaik untuk Perempuan


Seperti biasa, para sahabat tak segera meninggalkan mesjid usai shalat berjamaah. Mereka masih duduk berlama-lama di sekitar Nabi Muhammad saw. Kerap kali Nabi menyampaikan petuah-petuah berharga pada mereka lepas shalat. Kadang pula beliau menjawab sejumlah pertanyaan, tentang apa saja.

Tiba-tiba suara Nabi memecah keheningan. “Wahai sahabatku…tahukah kalian, apa yang terbaik untuk perempuan?”

Para sahabat saling berpandangan sambil memikirkan mencari jawaban. Tapi tak satu pun mampu menjawab sampai kemudian mereka bubar meninggalkan mesjid, menuju rumah masing-masing.

Sayyidana Ali bin Abi Thalib termasuk di antara mereka yang ditanyai Rasulullah saw. Begitu tiba di rumah, dia disambut wajah teduh istri tercinta, Fatimah Az-Zahra, putri semata wayang Nabi.

Berdua mereka duduk berhadap-hadapan. Sayyidah Fathimah mengambilkan air minum untuk Sayyidina Ali. Keduanya memang sering berbagi cerita. Ali menceritakan kejadian yang terjadi saat bersama Nabi. Fathimah cerita tentang tingkah lucu anak-anak mereka, Hasan, Husain, Zainab dan Ruqayyah.

Ali angkat bicara, “Wahai Fatimah, istriku tercinta. Tadi ayahandamu bertanya pada kami. Tak satu pun orang mampu menjawabnya.”

“Oh ya?” Fatimah tersenyum. Kilatan cahaya matanya jelas menyiratkan rasa ingin tahu.

“Nabi bertanya, apakah yang terbaik untuk seorang perempuan?” lanjut Ali.

Fatimah tersenyum lagi. Kali ini makin merekah. Ya, dia tahu benar jawaban pertanyaan itu. Bagi Fatimah, penghulu wanita terbaik di dunia dan di akhirat, jawaban pertanyaan itu terang sebenderang cahaya matahari.

“Ali tercinta…Yang terbaik untuk perempuan adalah dia tidak dilihat dan tidak melihat lelaki,” katanya sembari menatap lekat sang suami.

“Ah…begitu. Engkau sungguh bijaksana,” kata Ali.

Kala Ali menyampaikan jawaban Fatimah pada Nabi, beliau tersenyum puas dan berkata, “Fatimah memang benar-benar belahan jiwaku.”

Mungkin jawaban singkat Fatimah itu menggelitik hati sebagian kita, utamanya kaum hawa. Apakah ini berarti wanita harus mendekam di rumah saja? Tentu saja tidak. Maksud Fatimah dengan ‘tidak dilihat dan tidak melihat lelaki’ adalah perempuan harus mengenakan hijab dengan baik kala berhadapan dengan lelaki non muhrim. Persis yang pernah dicontohkan Fatimah sepanjang hidupnya.

Sejarah Islam merekam, kala keluar rumah, Fatimah selalu berkerudung panjang. Dia juga mengenakan pakaian panjang nan lebar yang benar-benar menyembunyikan bentuk tubuhnya.

Andai pun Fatimah hidup bersama kita, di zaman ini, dia pasti tetap keluar rumah dengan hijabnya yang sempurna.

(AR/Islam Indonesia)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *