Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 01 April 2014

Kisah Persaudaraan Muslim dan Yahudi di Albania


foto: prishtinapress.info

Sebuah pameran di Amerika Serikat menyajikan sejarah manis hubungan orang-orang Yahudi dan orang-orang Islam

 

HUBUNGAN antara Yahudi dan Islam kerap digambarkan sebagai hubungan antara kucing dan anjing. Situasi itu kian menemukan bentuknya saat kita kerap mendengar dan menyaksikan berita-berita yang beredar  mengenai perang berkepanjangan antara Israel dengan orang-orang  Islam di Timur Tengah dewasa ini. Tapi tahukan anda, sejarah hubungan antara orang-orang Yahudi dengan orang-orang Islam  pernah mencapai suatu era yang manis yakni ketika ratusan ribu Yahudi mendapat perlindungan orang-orang Islam dari kebrutalan Nazi Jerman di Albania.  

Baru-baru ini, masyarakat Yahudi di New Jersey, Amerika Serikat telah menyelenggarakan kegiatan untuk mengenang kebaikan orang-orang Islam tersebut. Sebuah pameran diadakan di Perpustakaan Umum Brunswick Selatan awal Mei sebagai pengingat bagaimana penguasa Muslim negara terkecil di Eropa itu menyambut orang-orang Yahudi laiknya tamu di negaranya.

Menurut HE Ferit Hoxha, sejarah telah mencatat tak ada satu  orang Yahudi pun yang pernah diserahkan oleh Albania kepada tentara Hitler.  “Semua orang Yahudi di negeri kami, saat itu selamat dari perang,” ujar Duta Besar Albania untuk PBB itu kepada situs New Jersey Jews News.

Menurut Hoxha, Raja Albania yang bernama Zog (1928-1939)  dengan gagah berani memutuskan untuk melindungi orang-orang Yahudi yang melarikan diri dari Jerman ke Albania  pasca pembersihan dan penangkapan yang dilakukan secara keras oleh Nazi pada 1938. Tidak cukup itu, sang raja yang menganut agama Islam itu juga menginstruksikan kedutaan-kedutaan asing di negaranya untuk memberikan visa kepada orang-orang Yahudi demi memungkinkan mereka bisa masuk lewat perbatasan negara tersebut.

” Bahkan Raja Zog menegaskan bahwa orang-orang Yahudi itu bukan orang-orang asing. Mereka adalah tamu yang harus dilindungi,”ungkap Hoxha.

Dalam pameran yang akan berlangsung  hingga akhir Mei itu, diperlihatkan foto-foto yang dibuat oleh fotografer Amerika Norman H. Gershman  mengenai kehidupan orang-orang Yahudi di Albania saat itu. Foto-foto lama itu sejatinya diambil dari buku sang fotografer yang berjudul BESA: Muslims who Saved Jews during World War II.

Pihak penyelenggara pameran pun memutar   “BESA: The Promise”,  sebuah film dokumenter yang kisahnya didasarkan kegiatan Gershman kala  mewawancarai anak-anak dan para cucu orang-orang Albania yang menyelamatkan orang-orang Yahudi. Sebaliknya Gershman juga mewawancarai para putera dan keturunan orang-orang Yahudi yang diselamatkan oleh orang-orang Islam Albania. Sebuah film yang sangat mengharukan dan sentimentil bagi kedua pihak.

Besa adalah tradisi kehormatan yang dianut oleh orang-orang Islam di Albania. Tradisi ini memutlakan penghormatan tuan rumah kepada para tamunya, terutama yang meminta perlindungan laiknya orang-orang Yahudi saat itu.  Istilah ini juga umumnya diterjemahkan sebagai “iman” atau kadang-kadang “untuk menjaga janji.”

Apa yang membuat Gershman terpacu membuat dokumentasi dan merasa terdorong untuk menceritakan kisah mereka? Tak lain karena, kemuakan lelaki berdarah Yahudi itu terhadap sentimen anti-Islam yang merebak di negaranya pasca Peristiwa 11 September 2001.

“Ini adalah sikap paranoid yang harus kita lawan sampai kapan pun,”katanya. 

Selain melibatkan orang-orang Yahudi, program ini disponsori juga oleh Sisterhood of  Salam (Persaudaraan dalam Kesalamatan), sebuah kelompok lokal perempuan Muslim dan Yahudi yang didedikasikan untuk mempererat persahabatan dan pemahaman antara kedua agama. Sheryl Olitzky menyebut kegiatan ini merupakan suatu hal yang sangat penting terkait kisah cinta lama  antara Islam dan Yahudi. Ia berharap apa yang mereka lakukan bisa disaksikan oleh dunia. Semua pihak, terutama kalangan Yahudi jangan pernah berpikir Islam sebagai sesuatu yang identik dengan terorisme. 

“Andaikan semua negara bertindak seperti orang-orang Islam di Albania, takan pernah ada itu yang dinamakan Holocaust,” ujar salah satu pendiri Sisterhood of Salam tersebut.

Pasca Peristiwa Black September, perkembangan Islam di Amerika Serikat mengalami kemajuan yang sangat signifikan. Kendati  belum ada jumlah yang diumumkan secara resmi, Amerika Serikat diyakini menjadi rumah bagi hampir delapan juta Muslim. Jumlah orang-orang Yahudi sendiri di AS menurut sebuah laporan yang dilansir oleh North American Jewish Data Bank pada 2010 berjumlah sekitar 6,5 juta jiwa.

 

Sumber: On Islam.net

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *