Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 02 July 2019

Kisah Para Pecinta Buku: Mengenang Jasa Pustakawan Pemberani Sarajevo


islamindonesia.id – Kisah Para Pecinta Buku: Mengenang Jasa Pustakawan Pemberani Sarajevo

Di tengah-tengah kecamuk Perang Bosnia, staf perpustakaan di Sarajevo mempertaruhkan hidup mereka untuk menyelamatkan lebih dari 10.000 buku dan manuskrip berharga.

“Melindungi perpustakaan bukanlah tugas yang mudah,” kata Mustafa Jahic. “Terutama pada masa perang.”

Saat itu, tahun 1992, pengepungan Sarajevo telah dimulai, dan Jahic – yang saat itu merupakan direktur perpustakaan umum Gazi Husrev-Beg – memiliki tugas untuk merawat manuskrip yang sangat berharga, buku-buku kuno tulisan tangan, dan berbagai desain indahnya yang dilengkapi dengan tulisan emas, perak, dan warna-warna yang menyala.   

“Perpustakaan Gazi Husrev-Beg berisi memori dari semua generasi dalam 1.000 tahun terakhir. Lebih dari 100.000 barang. Semuanya, mulai dari manuskrip hingga buku cetak,” kata Osman Lavic, penjaga perpustakaan manuskrip.

“Beberapa ditulis oleh orang Arab, mungkin di Fez atau Baghdad, dan kemudian ditulis ulang oleh seorang Turki yang tinggal di Republik Kaukasia dan kemudian dibeli oleh orang-orang Bosnia. Jadi jika Anda mengikuti jejak buku-bukunya, Anda akan melihat keindahan dalam keanekaragaman mereka, berbagai etnis dan kultur mereka,” ujarnya.

Namun ketika kota ini diserang oleh tentara Serbia, pelestarian buku dan manuskrip oleh kebanyakan orang bukan dianggap sebagai persoalan yang serius. Perpustakaan Nasional Bosnia waktu itu ditembaki dan dibakar hingga rata, seluruh isinya dihancurkan.

“Budaya rakyat kita, identitas, sejarah Bosnia, selama berabad-abad di satu tempat. Dan tiba-tiba itu ditelan oleh kobaran api,” kata petugas pemadam kebakaran Ismet Tucak, yang mengatasi kebakaran di Perpustakaan tersebut.

Khawatir perpustakaan Gazi Husrev-Beg akan diserang kembali, para staf Jahic mengambil keputusan penting untuk memindahkan pekerjaan mereka yang paling berharga ke tempat yang aman.

Menghindari penembak jitu Serbia dan kekerasan yang terjadi jalanan, sekelompok kecil pecinta buku – termasuk petugas kebersihan dan penjaga malam asal Kongo – memindahkan manuskrip, satu kotak setiap kali jalan, untuk melestarikan bagian berharga dari sejarah tertulis mereka.

“Ketika kami membawa kotak-kotak itu, Sarajevo sedang digempur penembakkan,” kenang petugas kebersihan, Dzehva Dudo. “Kami berlari dari satu gedung ke gedung lainnya.”

Jahic ingat timnya bekerja “secara diam-diam, tanpa banyak bicara”.

“Kondisi perang sangat khusus. Anda harus mengambil keputusan setiap saat. Anda berimprovisasi,” katanya.

Mustafa Jahic berjalan melewati sebuah buku tua yang dipajang di Sarajevo pada 16 Januari 2014. Foto: Dado Ruvic/Reuters

Dalam tindakan berani yang beresiko tinggi dan dengan pengorbanan diri secara kolektif, staf perpustakaan mempertaruhkan hidup mereka untuk menyelamatkan lebih dari 10.000 buku dan manuskrip berharga, sementara itu Perang Bosnia berkecamuk di sekitar mereka.

“Akan lebih baik mati bersama dengan buku-buku itu daripada hidup tanpa mereka,” kata Abbas Lutumba Husein, yang pada waktu itu bertugas sebagai penjaga malam.

Mendengar pernyataan tersebut, staf yang lainpun setuju.

“Buku-buku itu sama pentingnya dengan orang-orang,” kata Dudo. “Mereka adalah hal terpenting di kota Sarajevo.”

Kisah perjuangan mereka telah difilimkan, yang mana dapat Anda dilihat dalam video di bawah ini:

PH/IslamIndonesia/Sumber: Al Jazeera

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *