Satu Islam Untuk Semua

Friday, 14 February 2014

Kisah Kubah dalam Sejarah


foto:kubahnusantaraplus.com

Sebelum “dimilik orang Islam’, corak bangunan bundar ini ternyata sudah digunakan orang-orang Yunani dan Romawi.  

 

Sebuah masjid di Cianjur pernah menjadi ajang saling sengketa. Pasalnya, sebagian jamaah mempertanyakan bentuk masjid yang sama sekali tak berkubah. “Tak elok dipandang mata jika rumah ibadah untuk menghadap Allah tak mencirikan “simbol-simbol islami”, ujar salah seorang jamaah pendukung pemasangan kubah. Apakah betul kubah adalah ciri Islam? 

Jauh sebelum kemunculan Islam di tanah Arab, sesungguhnya kubah telah menjadi ciri arsitektur Yunani dan Roma. Mereka biasanya membuat kubah dari dahan kayu sebagai penyangga, yang lantas dipadatkan dengan lumpur atau batu. Sebagai contoh Kubur Mikene Greeks di Yunani (Mycenaean Greeks) yang berasal dari abad ke-14 SM. Penggunaan kubah meluas pada abad pertengahan setelah imperium Romawi mulai menggunakan struktur kubah yang diletakkan di atas bangunan berbentuk segiempat. Ini dibuktikan dengan keberadaan bangunan Panthenon (kuil) di Kota Roma yang dibangun pada 118 M-128 M oleh Raja Hadria. 

Tradisi kubah mulai diadopsi oleh orang-orang Islam, saat pemerintahan Khalifah Abdul Malik ibn Marwan dari Dinasti Ummayah. Itu dibuktikan dengan pembangunan Kubah Batu (Qubbat as-Shakrah), tempat suci di dalam Masjid al-Aqsa di Yerussalem, yang dibangun sang khalifah pada 691 M. “Pembangunan kubah itu dimaksudkan untuk mengungguli atap Gereja Sepulchre Suci yang indah,” tulis Phillip K. Hitti dalam History Of The Arabs. 

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak pernah membangun masjid dengan menyertakan kubah. Menurut Profesor K.A.C. Cresswell dalam Early Muslim Architecture, Masjid Nabawai di Madinah sama sekali tak menggunakan kubah di atas bangunannya dan bentuk arsitektur masjid pertama orang Islam itu sangat sederhana, “Hanya berbentuk segi empat dengan dinding pembatas di sekelilingnya,” tulis arsitektur yang sudah pakar tersebut. 

Pada awal penyebarannya, kubah juga tak dikenal di kalangan penganut Islam di Nusantara. Alih-alih menggunakan desain bangunan berbentuk lengkung tersebut, orang-orang Islam Nusantara  hanya menempatkan tumpang di atas masjid-masjid mereka. Demam kubah mulai melanda  masjid-masjid di wilayah Asia Tenggara pasca terjadi perang antara kubu Rusia (Rusia, Romania, Serbia, Montenegro, dan Bulgaria) melawan Kekhalifahan Turki Utsmaniyah (Ottoman) pada 1877-1878. 

Semangat pan Islamisme yang diserukan Kekaisaran Ottoman berakibat munculnya ghirah di kalangan umat Islam di belahan dunia lainnya.Termasuk ghirah untuk meniru hal-hal yang berbau Ottoman seperti penggunaan kubah bergaya Timur Tengah atau India Utara   di atas atap masjid menggantikan tumpang. “Lambat-laun kubah menjadi simbol arsitektur Islam paling modern, yang seakan-akan wajib ada pada masjid-masjid baru di Asia Tenggara,” tulis Peter J.M. Nas dalam Masa Lalu Dalam Masa Kini: Arsitektur di Indonesia.

 

Sumber: Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *