Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 20 August 2019

Khofifah Minta Maaf, Gubernur Enembe: Orang Papua Cinta Gus Dur


islamindonesia.id-Khofifah Minta Maaf, Gubernur Enembe: Orang Papua Cinta Gus Dur

Gubernur Papua Lukas Enembe menerima permohonan maaf Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa via telepon.  Permintaan maaf itu disampaikan Khofifah menyusul perbuatan yang dianggap tidak menyenangkan dialami oleh mahasiswa Papua di Surabaya pada 16 Agustus 2019 dan berbuntut meledaknya kerusuhan di Monokowari.

Atas nama masyarakat Jawa Timur, Khofifah menyampaikan maaf dan berjanji menjamin keamanan warga Papua yang bermukim di wilayahnya.   Enembe meluruskan, perbuatan itu bukan dilakukan oleh masyarakat Jawa Timur namun organisasi masyarakat tertentu. Meski demikian, Enembe tetap menyesalkan pemerintah daerah Jawa Timur  tidak mencegahnya.

“Saya sampaikan, orang Papua mencintai Gus Dur, Ibu Gubernur tuh kadernya Gus Dur, kenapa mahasiswa saya dianiaya seperti itu hanya karena masalah bendera, tidak dibenarkan,” kata Enembe usai memberikan arahan kepada pendemo di depan Kantor Gubernur Papua, 19 Agustus, seperti dikutip Tribunnews.com. Peserta demo memprotes penangkapan 43 mahasiswa Papua di Surabaya.

Sebagai kader Gus Dur, kata Enembe, Khofifah seharusnya bisa menerjunkan Banser untuk memberikan keamanan pada mahasiswa Papua yang diserang. Namun kebijakan itu tidak dilakukan dan mengakibatkan warga Papua lainnya tersinggung.

“Saya sudah sampaikan ke pemerintah, orang Papua punya martabat yang tinggi, harga diri yang tinggi,” tegasnya.  

Gubernur kembali melawan anggapan bahwa warga Papua kerap berbuat onar di negeri rantau. “Terbukti anak-anak saya sekarang di seluruh dunia, 1.500 orang saya kirim dan mereka berhasil mencapai nilai yang bagus. Kenapa 74 tahun Indonesia merdeka masih ada orang yang berpikiran seperti zaman penjajahan,” ujarnya.

Kronologi versi Mahasiswa

Juru Bicara Front Rakyat Indonesia untuk West Papua (FRI-WP) Surya Anta menjelaskan, berdasarkan informasi yang diperoleh dari mahasiswa, awal kejadian terjadi pada Jumat (16/8), sore sekitar pukul 16.00 WIB. Selain aparat keamanan, kata Surya, sejumlah organisasi massa juga turut menyerang dan mengepung asrama.

“Mahasiswa Papua yang sedang berkumpul di Asrama Kamasan Surabaya, dikepung oleh beberapa aparat. Saya tidak tahu apakah TNI, Polri. Tapi juga ada penyerangan dari Ormas reaksioner juga,” kata Surya dalam konferensi pers di Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (18/8) seperti dilansir CNN Indonesia.

Surya menjelaskan, awal mula pengepungan itu disebabkan oleh perusakan Bendera Pusaka yang terletak di depan Asrama. Pihak aparat pun menduga perusakan Bendera Pusaka dilakukan oleh oknum mahasiswa di asrama.

Surya menyayangkan pengepungan tersebut. Menurutnya, aparat tidak melakukan investigasi mendalam terlebih dulu terkait perusakan Bendera Pusaka. Selain itu, aparat juga ‘membiarkan’ ormas reaksioner yang turut melakukan pengepungan.

Parahnya lagi, kata dia, aparat justru ikut menyerang asrama yang disertai tembakan gas air mata.

“Saya menyayangkan, pihak aparat yang ada di lokasi sebelumnya tidak melakukan proses penanyaan atau investigasi kepada mahasiswa di asrama terlebih dahulu. Bukannya mengamankan penyerangan, tapi malah menembakkan gas air mata, dan ikut menyerang,” katanya.

Surya lebih jauh mengatakan pengepungan dan penyerangan ini juga diiringi perusakan berbagai fasilitas asrama. Para pengepung juga beberapa kali melontarkan makian bernada rasis kepada mahasiswa Papua.[]

YS/islamindonesia/ Foto: Detik.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *