Satu Islam Untuk Semua

Monday, 01 August 2016

KHAS–Kenang Syekh Syaltut, Zawawi Imron Gambarkan Indonesia bak Serpihan Surga


IslamIndonesia.id – Kenang Syekh Syaltut, Zawawi Imron Gambarkan Indonesia bak Serpihan Surga

 

Di atas mimbar orasi kebudayaan UII Yogyakarta (30/7), penyair kondang Zawawi Imron, menyinggung dunia sufistik khususnya hubungan manusia dan alam semesta. Sembari menjelaskan pandangannya tentang Indonesia dari sudut budaya dan keindahan, Zawawi memperkenalkan syair seorang pujangga asal Lebanon, Elia Abu Madi.

“Siapa yang di dalam hatinya tidak punya rasa keindahan, tidak punya mata estetika, tidak akan bisa melihat alam semesta ciptaan Allah sebagai sesuatu yang indah,” kata Zawawi mengutip Syair Elia dengan bahasa Arab yang fasih.

Berbicara tentang keindahan alam Indonesia, pria asal Sumenep ini teringat tahun 60-an ketika tamu asal Mesir yang juga teman Presiden Indonesia Bung Karno dan Buya Hamka datang ke Indonesia. Namanya Prof. Dr. Syekh Mahmud Syaltut, Rektor Universitas Al Azhar Mesir pada masa 1958 hingga 1963. Jika dibanding Mesir yang sebagian besar padang pasir, adalah wajar Syekh Syaltut takjub dengan keindahan alam Indonesia.

“Melihat alam Pasundan, Minangkabau, Jawa, Sulawesi, beliau jadi kaget.”

Pria 71 tahun ini lalu menggambarkan apa yang Syekh Syaltut saksikan ketika itu dengan sebuah syair. “Gunung biru, berselendang awan. Hamparan padi menguning laksana permadani keemasan. Di atasnya burung-burung kecil menyanyikan keagungan Tuhan. Di tepi-tepi pantai, buih-buih putih berkejaran mengecupi bibir pantai. Dan di pantai-pantai yang lain, daun-daun nyiur melambai-lambai mengucapkan selamat datang kepada para pahlawan, nelayan yang membawa ikan dari laut.”

Sebagaimana Soekarno, Syekh Syaltut tercatat sebagai orator ulung sehingga setiap berpidato, banyak orang yang mendengarkannya. Sebagai tokoh yang mengusung pembaharuan, Grand Syekh Al-Azhar ini dikenal sebagai penganjur dialog lintas mazhab untuk keharmonisan umat Islam. Penulis ‘Manhaj Alquran dalam Membangun Masyarakat’ ini juga termasuk rektor yang berjuang menjadikan Al-Azhar semakin independen dari kontrol kuasa negara.

Lalu apa kata Syekh Syaltut ketika menyaksikan langsung Indonesia? “Meski bukan penyair tapi beliau bisa mengucapkan kata-kata indah yang tidak kalah dengan apa yang ditulis oleh Chairil Anwar, Muhammad Yamin, Rendra, bahkan Buya Hamka sendiri. Syekh Syaltut berucap secara spontan; Indonesia serpihan potongan surga yang diturunkan oleh Allah di bumi,” kata Zawawi.

Tidak heran, beberapa tahun kemudian, sekitar awal tahun 70-an, muncullah lagu yang liriknya populer ‘Orang bilang tanah kita, tanah surga …’. Pria yang pernah memperolah ‘The S.E.A. Write Award’ di Bangkok ini mengatakan ‘orang bilang’ pada lirik lagu lawas itu merujuk pada ucapan Syekh Mahmud Syaltut.

Tidak hanya pujangga Elia Abu Madi yang menggambarkan pentingnya cermin hati dalam relasinya dengan alam di luar diri manusia. Zawawi lalu menjelaskan kearifan lokal mengenai dua kosmos ini dalam berbagai sastra Nusantara. Mengutip dari kitab sastra orang Bugis dan Jawa, Zawawi mengatakan jika seseorang menjaga apa yang ada di dalam dirinya, ia akan terjaga dari apapun yang dari luar dan akan masuk ke dalam dirinya, termasuk makanan. Bahkan, sebagaimana falsafah ‘Hamemayu Hayuning Bawana’,  jika manusia memberi pupuk, menami, dan memperindah bumi maka bumi ini akan memberi kebaikan pula kepada manusia. []

YS/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *