Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 24 July 2019

Kerukunan Umat Muslim-Hindu di Desa Krisik, Kerjasama Memperbaiki Pura


islamindonesia.id – Kerukunan Umat Muslim-Hindu di Desa Krisik, Kerjasama Memperbaiki Pura

Warga Desa Krisik, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, kendatipun agamanya beragam, yakni Islam, Hindu, dan sebagian kecil Kristen, namun secara turun temurun mereka telah hidup damai dan harmonis.

Salah satu contohnya terjadi pada Sabtu (20/7) pagi lalu. Warga umat Islam dan Hindu di sana bahu membahu kerja bakti untuk membangun tebing di bawah bangunan Pura. Lebih dari 200 orang terlihat berbaris memanjang di areal persawahan di bawah bangunan Pura Agung Arga Sunya, Desa Krisik, sebagaimana dilansir dari Tribun Jatim.

Tebing tersebut mengalami longsor alamiah pada November 2018 lalu. Kini, dengan cara estafet, warga memindahkan material batu yang menumpuk di pinggir jalan menuju ke bawah bangunan Pura.

Para pria baik muda dan tua tampak saling bahu membahu tanpa ada batasan. Satu dua warga lainnya terlihat memecah batu ukuran besar menjadi bagian-bagian kecil menggunakan palu. Mereka tampak kompak, guyub, dan rukun di lokasi.

Warga yang bergotong royong merupakan jamaah masjid, musala, dan yasinan di empat dusun di desa itu,  yakni, Krisik, Wonorejo, Barurejo, dan Tirtomoyo. Mereka dikerahkan untuk ikut kerja bakti pembangunan tebing Pura yang longsor. Para warga Muslim berbaur dengan warga Hindu dalam acara itu.

“Kerja bakti ini melibatkan semua komponen di Desa Krisik. Mulai umat Islam, Hindu, dan sebagian Kristen,” kata Pengurus Pura Agung Arga Sunya, Suwari (50).

Menurut Suwari, kegiatan semacam itu sebenarnya sudah menjadi tradisi sejak dulu di Desa Krisik. Para warga saling bahu membahu ketika ada warga lain sedang ada kerepotan. Sebaliknya, ketika warga Muslim sedang ada kegiatan, para umat Hindu juga ikut membantu.

“Waktu pembangunan masjid, para umat Hindu juga ikut bergotong royong. Suasana kerukunan ini yang terus kami rawat di desa sini,” ujarnya.

Agama yang dianut warga Desa Krisik memang majemuk, tercatat terdapat penganut agama Islam, Hindu, dan Kristen yang berkembang baik di desa itu. Mayoritas warga memeluk agama Islam, lalu Hindu, dan sebagian kecil Kristen. Selama ini, mereka dapat hidup rukun dan berdampingan.

“Di sini paling banyak memeluk Islam dan Hindu. Dari total 7.000 warga, yang beragama Hindu sekitar 30 persen. Mayoritas tetap muslim. Tapi selama ini kami hidup rukun,” katanya.

Pura Agung Arga Sunya dibangun pada tahun 2001 dan selesai pada 2003. Peresmian Pura dilakukan oleh Imam Muhadi, bupati Blitar waktu itu. Di Desa Krisik terdapat enam Pura, Pura Agung Arga Sunya merupakan pusatnya. Setiap ada perayaan keagamaan umat Hindu di Desa Krisik, diselenggarakan di Pura tersebut.

Setelah tebing di bawah bangunan Pura longsor pada November 2018 lalu, pengurus baru bisa melakukan perbaikan tebing pada Juni 2019. Dana untuk pembangunan tebing merupakan swadaya dari sumbangan umat Hindu.

“Kalau pengerjaannya kami gotong royong dibantu umat Islam. Biasanya kerja bakti dilakukan pada hari Minggu. Kami sudah mengusulkan bantuan ke BPBD tapi belum ada respons,” kata Suwari.

Salamun (65), takmir Masjid Al Falah, Dusun Wonorejo, Desa Krisik, mengatakan kegiatan ini sebagai bentuk menjaga kerukunan antar-umat beragama di Desa Krisik. Rasa gotong royong dan saling membantu sesama itu sudah menjadi tradisi di Desa Krisik.

Bukan hanya soal pembangunan, tapi juga untuk kegiatan keagamaan juga. Misalnya, ketika ada pawai ogoh-ogoh, para umat Muslim yang membuatkan boneka ogoh-ogoh. Sebagian umat Muslim juga ikut menggotong ogoh-ogoh ketika pawai berlangsung.

“Sebaliknya, ketika malam takbiran Idul Fitri, ketika umat muslim melakukan pawai obor, warga umat Hindu juga ikut membantu mengatur arus lalu lintas. Kami saling mengisi,” katanya.

Kepala Dusun Tirtomoyo, Anang Sugianto mengatakan semua warga ikut terlibat ketika ada kerja bakti pembangunan tebing Pura. Mulai dari jamaah masjid, musala, dan karang taruna, semua terlibat. Biasanya, informasi soal kerja bakti disampaikan usai salat jamaah maupun usai kegiatan yasinan.

“Kalau pas ada kerja bakti seperti ini, biasanya ibu-ibu dari Fatayat maupun Muslimat juga ikut membantu konsumsi,” kata Anang.

Hal yang sama dikatakan Kepala Dusun Barurejo, Edi Santoso. Edi berharap suasana kerukunan dalam keberagaman di Desa Krisik terus terawat. Warga terus saling hidup rukun dan bantu membantu meski berbeda-beda agama.

“Ini tradisi di Desa Krisik yang sudah turun temurun dari mbah-mbah kami dulu. Suasana seperti ini akan kami jaga dan rawat,” katanya.

PH/IslamIndonesia/Foto Fitur: The Jakarta Post/Asip Hasani

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *