Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 07 May 2017

Kepala BNPT Ungkap ‘Baiat Online’ Jaringan Teroris dan Kelompok Radikal


islamindonesia.id – Kepala BNPT Ungkap ‘Baiat Online’ Jaringan Teroris dan Kelompok Radikal

 

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius, menyebutkan, sekarang ini pembaiatan gerakan radikalisme bisa dilakukan secara “online”. Menurutnya, jaringan teroris dan radikalis juga memanfaatkan perkembangan teknologi. Ranah dunia maya berbasis teknologi informatika juga mereka pakai, di antaranya untuk merekrut anggota-anggota baru jaringan teroris dan radikal itu.

“Perkembangan teknologi informasi yang membuat seperti sekarang ini. Dulu, tidak ada. Pembaiatan saja secara fisik, namun sekarang bisa secara online,” katanya, di Semarang, Sabtu (6/5/2017), seperti dirilis Antara.

Dengan kemudahan teknologi informasi, lanjut jenderal Bintang Tiga itu, sudah banyak kasus pembaiatan “online” yang terjadi dan makin memudahkan paham dan gerakan radikal merasuk di tengah masyarakat.

“Siapa yang bisa membatasi transformasi informasi? Teknologi informasi bisa masuk ke ruang publik, ruang keluarga, tanpa ada batasan. Termasuk, ruang mahasiswa. Ini yang harus diwaspadai,” katanya.

Oleh karena itu, Suhardi meminta adanya kepedulian dari rektor, dekan, dan dosen di perguruan tinggi untuk peka dalam melihat dinamika di kampusnya demi mencegah masuknya paham dan gerakan radikal.

Di setiap kampus, masih kata Suhardi, Pembantu Rektor bidang Kemahasiswaan lah yang bertanggung jawab mengawasi dan mencermati setiap perkembangan dan dinamika yang terjadi di kalangan mahasiswanya.

Namun, ia mengingatkan pengawasan tidak hanya sebatas di dalam lingkup kampus, melainkan juga di sekitar kawasan kampus yang banyak terdapat asrama atau tempat kos mahasiswa.

“Bukan hanya di dalam kampus. Sekeliling kampus juga menjadi bagian dari kampus. Pasti di sekitar kampus ada asrama, tempat kos, dan sebagainya, termasuk tempat ibadah,” lanjutnya.

Jangan sampai, kata dia, lingkungan di sekitar kampus disusupi atau bahkan dikuasai orang-orang tidak bertanggung jawab yang menebarkan kebencian, provokasi, dan paham radikal.

“Termasuk, kepedulian dari sesama teman mahasiswa. Kalau ngelihat temannya, misalnya sudah mulai memisahkan diri, membuat kelompok ekseklusif, segera dilaporkan,” ingatnya.

Suhardi menjelaskan bahwa untuk membuat seseorang menjadi radikal diperlukan waktu cukup lama, tidak hanya 1-2 hari, melainkan bisa berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

“Untuk menjadi kelompok radikal perlu waktu yang cukup lama. Tidak hanya sehari dua hari, namun bisa bulan, bisa tahun. Dengan ini, cikal bakalnya bisa dideteksi,” pungkasnya.

 

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *