Satu Islam Untuk Semua

Monday, 07 April 2014

Kepada Yth. Bapak Presiden


foto:ilustrasi rendra lysthano (islamindonesia.co.id)

” Orang tidak akan mengikutimu karena gelar dan penghormatan, tapi mereka akan mengikutimu karena keberanianmu membawa mereka kepada jalan kebebasan…” (William Wallace, Braveheart)

 

YANG terhormat Bapak Presiden…

Beberapa  bulan lagi, anda akan mengakhiri masa pemerintahan dan mengingat itu tiba-tiba saya terkenang  kembali  saat melihat foto anda pada suatu waktu. Di foto itu, anda (yang seperti biasa) berjas sangat rapih tengah menerim sebuah  besi  bening berbentuk bulat dari seorang lelaki tua ber-kifa (topi khas Yahudi). Saya tahu, anda sudah menunggu momen tersebut. Itu nampak  terbaca dari kekhusyuan   di raut wajah anda saat denga erat  tangan anda menggenggam benda yang disimbolkan sebuah lembaga di Amerika Serikat  itu sebagai penghargaan akan jasa-jasa seorang negarawan terhadap kehidupan toleransi agama di negerinya.

Saya percaya, tentu banyak yang bangga dengan penganugerahan internasional  itu.  Setidaknya, kala itu  20-an lembaga agama sudah menyatakan rasa itu dengan membuat pernyataan sikap  di depan media  beberapa  saat sebelum anda bertolak ke New York.  Tapi saya tidak tahu apakah hal yang sama juga dirasakan oleh warga sebuah desa yang kesulitan membangun masjid di Tapanuli Utara, orang-orang Kristen  Bekasi dan Bogor yang terpaksa beribadah di jalanan hingga kini, pengungsi-pengungsi Syiah yang  terusir jauh dari tumpah darahnya atau orang-orang Ahmadiyah yang menjadi gelandangan tak diinginkan di negerinya sendiri.

Bukan maksud saya menafikan banyak “prestasi” Bapak Presiden.  Hanya saya ingin kembali mengingatkan jika anda benar seorang pemimpin, maka jerit penderitaan mereka yang ternafikan itu pastinya akan anda dengar dan rasakan saat orang-orang bule itu memuji kinerja anda di bidang perdamaian. Sebuah situasi ideal yang dalam sebuah pidato dikatakan sudah ditempuh secara keras oleh anda  di Aceh, Poso, Ambon, Sampit dan Papua.Tentunya  bersama  mantan wakil anda yang terkesan lebih lincah kala  itu.  

Yth. Bapak Presiden…

Sebagai warga negara Indonesia, saya tidak begitu mempersoalkan pantas dan tidak-nya anda menerima  World Statesman Award tersebut. Toh, itu hanya penilaian nisbi khas manusia semata. Sesungguhnya yang menurut saya penting  justru adalah apakah anda sudah melakukan sesuatu ketika hak-hak sebagian warga anda dibeslah? Jika anda sudah merasa , namun ada rakyat yang tidak merasa, pasti ada sesuatu yang salah. Mungkin bukan anda, tapi manusia-manusia sekitar anda yang mengkondisikan kesalahan itu untuk terus berlangsung. Entah apa maksudnya.

Menurut saya, Romo Magnis keliru menyatakan anda tak pernah menyatakan sikap tentang intoleransi yang kerap beredar dalam berita-berita pagi koran dan televisi. Anda pernah, bahkan secara keras pernah memerintahkan untuk tak ragu-ragu bertindak tegas terhadap berbagai pelanggaran hukum terkait kebebasan beragama. Tapi ya cuma sebatas itu saja. Selanjutnya pelanggaran dan aksi kekerasan tetap berlangsung dengan aman, bahkan didukung oleh para aparat pemerintahan anda.

Saya tak tahu bagaimana perasaan anda ketika menyaksikan para bocah dan orang tua terpaksa tidur di lantai dengan tumpukan kardus supermie di sana-sini. Saya juga gagal membayangkan eskpresi hati anda ketika tempat ibadah warga yang anda pimpin dibakar, disegel dan dihancurkan dalam alasan kebenaran versi sendiri.Ini bukan persoalan dogma-dogma yang “ditakutkan” mengotori agama, namun lebih dari itu terkait dengan jiwa dan kelangsungan hidup manusia seperti anda. Bukankah agama yang saya dan anda imani menegaskan betapa berharganya manusia, walau hanya satu jiwa?

Yth. Bapak Presiden…

Menjelang detik-detik berakhirnya pemerintahan ini, saya sangat berharap anda menghampiri ratusan jamaah  gereja terbuang yang katanya sekarang beribadah di depan istana anda. Saya juga memiliki asa, sebelum masa jabatan anda berakhir, anda bisa memangku salah seorang bayi yang baru saja kemarin lahir sebagai manusia tak merdeka di satu pengungsian dan lantas bertindak kongkret untuk menjadikan mereka yang ternafikan kembali sebagai warga negara. Sebab, hanya itulah yang bisa menjadi  bukti  bahwa penghargaan yang anda terima adalah untuk bangsa, bukan untuk diri anda semata.

*) Jurnalis Islam Indonesia

 

Sumber: Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *