Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 08 May 2016

KENANGAN–Sikapi Pernyataan Ketua Umum MUI, Gus Dur Pilih Bela Habaib


IslamIndonesia.id—Sikapi Pernyataan Ketua Umum MUI, Gus Dur Pilih Bela Habaib

“Tidak ada lagi anak keturunan Rasulullah di Indonesia bahkan di dunia. Keturunan Rasulullah sudah dinyatakan terputus karena tidak adanya lagi keturunan Hasan dan Husein,” kata Ketua Umum MUI KH. Hasan Basri yang dikutip sebuah koran pada tahun 1993 silam.

Pernyataan kontroversial itu pun memantik penentangan di kalangan ulama dan para habaib. Sebut saja Al-Habib Muhammad al-Habsyi Kwitang, yang meski dalam kondisi sakit, meminta Habib Nauval bin Jindan segera tampil membela kehormatan anak cucu keturunan Rasulullah saw dengan mengklarifikasi statemen Ketua MUI yang dianggap menyalahi fakta tersebut.

PARA HABIB APA JASAMUTak ayal, meski sudah dua tahun berlalu, masih saja pernyataan Ketua Umum MUI itu menjadi topik perbincangan hangat di tengah masyarakat. Bahkan sempat pula menjadi Laporan Utama sebuah majalah dengan judul “PARA HABIB APA JASAMU”.

“Kedudukan golongan habib yang memiliki titisan darah Nabi saw melebihi kaum lain di mata umat Islam. Mereka tidak ingin diagung-agungkan. Mereka juga tempat lalai dan alpa. Jadi mengapa dipersoalkan?” tulis majalah itu.

Tak ada yang tahu pasti posisinya, entah di pihak pro atau kontra, atau justru sekadar ingin meredam gejolak dan kegaduhan yang masih terus berlanjut sejak tahun 1993 hingga 1995 kala itu.

Habib Nauval pun sesuai arahan Habib Muhamnad al-Habsyi Kwitang, menyeru para ulama dari mimbar ke mimbar. “Hai kalian para ulama, bangkit kalian jangan mau diperalat oleh siapapun. Kami para habaib tidak butuh pengakuan. Tapi kalau kalian hanya diam atas fitnah terhadap kami, sesungguhnya kalianlah yang paling rugi serugi-ruginya,” tegasnya.

Senada, Gus Dur pun ikut bersuara. Menurutnya, “Hanya orang bodoh yang mengatakan batu permata sebagai batu koral. Dan yang paling bodoh adalah mereka yang menganggap batu permata seharga batu kerikil. Kedatangan mereka (para cucu, anak keturunan Rasulullah saw) ke negeri ini merupakan karunia Tuhan yang terbesar. Dan hanya orang-orang kufur nikmat yang tidak mau mensyukurinya.”

Sebagai ikon utama Nahdlatul Ulama, Gus Dur sebagaimana yang selama ini kita kenal, sejak dulu ternyata memang tak alergi dengan perbedaan pendapat dan selalu berani mengatakan yang benar itu benar sekalipun sikapnya bertentangan dengan sesama kiai, KH. Hasan Basri yang tak lain Ketua Umum MUI waktu itu.

Sikap dan teladan Gus Dur sudah selayaknya menjadi panutan kaum Muslimin, khususnya warga Nahdliyin saat ini dan ke depan. Setidaknya agar masyarakat paham bahwa keberadaan anak keturunan Rasulullah saw, baik yang ada di Indonesia maupun di banyak negara di berbgai belahan dunia, hingga saat ini merupakan karunia besar-Nya yang patut disyukuri.

 

EH/Berbagai Sumber-IslamIndonesia

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *