Satu Islam Untuk Semua

Friday, 27 December 2019

Kenangan Gus Mus Bersama Gus Dur: Baginya Dunia ini Hanyalah Main-Main dan Senda Gurau Belaka


islamindonesia.id – Kenangan Gus Mus Bersama Gus Dur: Baginya Dunia ini Hanyalah Main-Main dan Senda Gurau Belaka

Desember 2019 adalah waktu di mana Abdurrahman Wahid, atau Gus Dur, Presiden ke-4 dan ulama besar Indonesia, telah meninggalkan kita selama 10 tahun lamanya.

Tidak sedikit orang yang memiliki kesan tentang dirinya, salah satunya adalah Mustofa Bisri, atau Gus Mus. Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini di dalam akun Instagramnya (26/12) menceritakan kisah pertemuan pertamanya dengan Gus Dur.

Berikut ini adalah pemaparan beliau:

Sosok di sebelahku ini sejak pertama kali aku mengenalnya (di Kairo, Mesir, tahun 1964), sudah menarik hatiku. Sebelumnya, melihat wajahnya saja belum pernah. Pada waktu aku ke rumahnya di Jakarta dan bertemu ibundanya, sama sekali tak ada diceritakan tentang dirinya dan keberadaannya di Mesir.

Tapi begitu berjumpa, sikapnya seolah-olah dia sudah mengenalku sejak lama. Tak ada basa-basi lazimnya orang baru bertemu dan berkenalan. Justru aku yang canggung dengan sikapnya yang tidak umum itu.

Dan sudah sejak pertemuan (‘tanpa perkenalan’) itu, dia memanggilku “Mus” dan aku memanggilnya “Mas”. (Baru ketika pulang di tanah air, ketika orang-orang memanggilnya “Gus”, dia pun memanggilku “Gus”, meski aku tetap memanggilnya “Mas”).

Alhamdulillah, di rumah aku punya kakak (Almarhum KH. Cholil Bisri) yang seperti sahabat karib dan di perantauan, Allah menganugerahiku sahabat karib yang seperti saudara ini.

Di dekatnya, aku selalu merasa kecil. Mungkin karena, aku selalu memperhatikan pikiran-pikirannya yang besar. Sering apa yang kupikir besar, dia bisa menjelaskan bahwa itu hanya perkara sepele; meski dia tidak selalu menjelaskannya.

Sementara aku masih sibuk memikirkan kuliah dan persiapanku menghadapi ujian, dia sudah memikirkan Indonesia dan bagaimana bisa mempersiapkan khidmah yang optimal bagi negeri yang dicintainya itu.

Ketika aku baru memikirkan bagaimana setelah pulang nanti aku membangun rumah tangga, dia sudah memikirkan bagaimana membangun peradaban dunia.

Baginya dunia ini – termasuk kekuasaan – hanyalah main-main dan senda gurau belaka, seperti difirmankan olehTuhannya sendiri (Q. 6: 32, Q. 47: 46, dan Q. 57: 20). Baginya, yang terbesar dan terpenting ialah Allah, kemudian hamba-hambaNya.

Karena itu ungkapannya, “Begitu saja kok repot…,” bagiku, bukan ungkapan majaz atau kinayah belaka.

Ya Allah, rahmatilah saudaraku, Abdurrahman Wahid, dan juga saudaraku KH. Cholil Bisri, sebagaimana Engkau merahmati kekasih-kekasih-Mu. Al-Fatihah.

https://www.instagram.com/p/B6hIqVnBBqt/?igshid=p2nplul3brkp

Catatan Redaksi: Untuk kepentingan penyajian, redaksi melakukan editing minor tanpa mengubah maknanya dari catatan Gus Mus tersebut.

PH/IslamIndonesia/Foto Utama: Gus Mus/Instagram

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *