Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 18 January 2014

Kecelakaan Perang dalam Sejarah


cinemablend.com

Banyak hal yang terkesan sepele dalam kehidupan ternyata berubah fatal dalam sebuah perang

Dalam situasi perang, gara-gara  beberapa patah kata yang dilontarkan sambil lalu, ribuan orang bisa kehilangan nyawa. Itu terjadi di Jaffa ratusan tahun lalu. Syahdan, setelah melalui pertempuran hebat selama empat hari di kawasan yang masuk dalam wilayah Suriah tersebut, pada 7 Maret 1799, pasukan Napoleon Bonaparte berhasil mengalahkan pasukan Turki Ottoman dan menawan sekitar 1200 prajuritnya.

Seiring kemenangan itu, Napoleon sendiri nyaris tak berdaya saat ia diserang  penyakit flu. Namun situasi itu tak menyebabkan ia berdiam diri di tenda komandan. Alih-alih meringkuk, ia justru memilih untuk melakukan inspeksi kepada pasukan yang baru saja mendapat kemenangan tersebut.

Saat inspeksi pasukan tersebut, Napoleon pun tak lupa memeriksa keadaan tawanan. Begitu usai ia keluar seraya batuk-batuk begitu gencar. Saat batuk-batuk itulah keluar kata-kata umpatan “ma sacre toux artix” yg artinya “batuk sialan”.

Umpatan itu direspon secara serius oleh sang komandan pasukan. Mengira kata-kata yang dilontarkan Napoleon adalah “massacrez tiuz artiz” yg artinya” bunuh semua”, tanpa banyak tanya ia lantas memerintahkan semua tawanan dibunuh secara missal. Seribuduaratus-an serdadu Turki mati hanya karena batuk sang jenderal. Demikian seperti diceritakan oleh Tegar Satria dalam Unik Tapi Fakta, Aneh Tapi Nyata

Seribu seratus enam tujuh tahun sebelumnya, kejadian yang hampir sama dialami oleh para tawanan pasukan Kekhalifahan Arab Islam. Ceritanya, saat melakukan penumpasan terhadap para pemberontak di wilayah Yaman, pasukan Arab Islam pimpinan Jenderal Abu Qutadah Harits al Anshari berhasil menawan salah satu biang pemberontak yakni Malik ibn Nuwaira beserta ratusan prajuritnya. Ia lantas menyerahkan tawanan-tawanan itu kepada Panglima Operasi, Jenderal Khalid ibn Walid di sebuah oase bernama Wadi al Batthah.

Para tawanan itu lantas digiring ke sebuah tenda yang berfungsi sebagai tempat tahanan. Begitu manusiawinya Khalid, hingga ia memerintahkan prajuritnya untuk memperlakukan tawanan secara baik, termasuk diberi makan dan minum secara layak.

Saat beranjak malam, suhu di  Wadi al Batthah mulai dingin. Khalid yang merasa peduli terhadap para tawanan kemudian dari tendanya meneriakan kata-kata: “ Idfa-u-Usra-kum!” yang artinya dalam dialek Arab Quraisy: “Panasilah tawanan kamu!”

Malangnya, pasukan yang bertugas sebagai penjaga tawanan adalah terdiri dari serdadu-serdadu Yaman asal Bani Kinanah. Dalam dialek Kinanah, ucapan Khalid itu diartikan sebagai: “Bunuhlah tawanan kamu!”

Maka beberapa menit usai perintah Khalid itu keluar, malam yang sunyi kemudian diramaikan oleh jerit pekik kengerian para tawanan yang tengah menghadapi maut. Khalid tentu saja kaget, ia lantas buru-buru keluar dan menyaksikan sebagian besar tawanan sudah bersimbah darah. Setelah terdiam sejenak, sejarah mencatat kata-kata Khalid: “ Sungguh, telah berlaku iradat Tuhan atas mereka,” ujarnya seperti ditulis oleh Joesoef Sou’yb dalam Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin.

 

Sumber : Islam Indonesia

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *