Satu Islam Untuk Semua

Friday, 05 May 2017

Kebangkitan Senyap Sayap Militer Jamaah Islamiyah di Indonesia


islamindonesia.id – Kebangkitan Senyap Sayap Militer Jamaah Islamiyah di Indonesia

 

Direktur Institute Analisis Kebijakan Konflik (IPAC), Sidney Jones menyatakan, tidak terdengarnya nama Jamaah Islamiyah (JI) belakangan ini bukan karena matinya kelompok yang terlibat dalam tragedi bom Bali 2002 ini. Justru, sejak 6 tahun lalu, JI membangun kembali organisasinya, khususnya sayap militer, secara senyap.

“JI merekrut banyak kader baru dari kelompok salafi jihadis dan mengatakan pada mereka untuk tidak menggunakan kekerasan,” kata Jones dalam portal resmi IPAC, 27/4.

Laporan Jones menyebut, gerakan kebangkitan senyap ini berada di bawah komando Para Wijayanto. Sejak mundurnya JI pada 2007, pria asal Kudus dan kader senior JI ini mencoba memimpin kebangkitan dengan lebih banyak menekankan dakwah dibanding jihad.

Eks komando sayap militer JI, Khairul Anam atau yang dikenal Ustaz Batar bertugas mengajak sejumlah anggota lama yang tak aktif – termasuk jebolan Mindanao – untuk kembali memimpin sejumlah bagian dari organisasi itu.

Menurut Jones, Khairul termasuk veteran konflik Ambon. Pria ini jugalah yang mengawasi program pembuatan dan pegumpulan senjata. Karena itu, ditangkapnya Khairul oleh aparat sempat menghentikan program militer JI, minimal untuk sementara waktu.

Meski mengajak kader-kadernya untuk tidak menggunakan kekerasan, JI mempersiapkan mereka untuk konfrontasi militer melawan musuh suatu saat nanti sebagai jalan mendirikan negara Islam. Ajakan untuk tidak menggunakan kekerasan ini sesungguhnya melahirkan perdebatan dan friksi tersendiri di kalangan mereka.

Namun bagaimanapun, secara umum JI membangun kembali dirinya, bahkan mengirimkan anggotanya ke Suriah untuk pelatihan sebagai bentuk persiapan (i’dad) konfrontasi militer di masa yang akan datang. Di bumi Syam, JI dilaporkan berafiliasi dengan al-Nusra yang sejauh ini bermusuhan dengan kelompok ISIS.

“Kekuatan JI ada pada peninggalan sejarah, jaringan keluarga, kesetiaan dan visi ke depan yang menjadikannya berbeda dengan organisasi ekstrimis lainnya,” kata Jones.

Seperti diketahui, penangkapan yang terjadi berulangkali sejak 2014 menyingkap adanya struktur besar yang beroperasi dan terkonsentrasi di Jawa, namun cabangnya menyebar di berbagai wilayah Indonesia. Sejak 2010, fokus mereka memang berdakwah untuk membentuk basis massa.

Kerena itu, para pemimpinnya mengajak bahwa untuk saat ini dakwah dan pendidikan lebih penting daripada jihad. Dakwah ini juga dianggap lebih efektif dibanding – seperti organisasi lain – yang menggunakan pengaruh politik untuk menekan negara agar melahirkan “hukum Islam”.

Sebelumnya, markas besar Polri menyebut kelompok teroris “Neo JI” lebih berbahaya daripada kelompok ISIS yang selama ini juga ada di Indonesia.

“Neo JI lebih militan daripada ISIS yang ada di Indonesia. Mereka juga organisasinya lebih terstruktur,” kata Anton Charliyan yang saat itu sebagai juru bicara kepolisian dan kini menjabat Kapolda Jawa Barat seperti dilansir cnnindonesia.com, setahun silam.

Anton juga mengatakan Neo JI adalah bentuk baru dari Jamaah Islamiyah yang terlibat dalam serangan bom Bali, 2002 silam.  Sisa-sisa Jamaah Islamiyah, kata Anton, merekrut pemuda untuk jadi anggota mereka.

Para pemuda itulah yang saat ini mengisi struktur organisasi Neo JI. Dalam sisi persenjataan, kata Anton, Neo JI juga lebih lengkap. Hal tersebut terbukti dari bunker yang ditemukan di Bantul, 2014 lalu.

 

YS/ Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *