Satu Islam Untuk Semua

Monday, 11 April 2016

Kaum Intoleran Sasar Sekolah Unggul di Makassar, Kapolri Geram


image

Pejabat polisi di Makassar, Sulawesi Selatan, terancam kehilangan jabatan bila penyelidikan provos pusat mendapati pelanggaran prosedur kerja di balik kegagalan mereka mencegah pembubaran sebuah seminar pendidikan oleh kelompok intoleran, kata kepala polisi.

“Kalau terbukti mereka bekerja tidak sesuai prosedur pengamanan, kapolresnya saya copot,” kata Jenderal Badrodin Haiti di Jakarta, Minggu.

Ini reaksi keras pertama markas besar polisi di tengah membesarnya skeptisisme publik pada komitmen dan kesungguhan polisi meredam kebinalan kelompok intoleran di berbagai daerah dalam dua pekan terakhir.

Di Bangil, Jawa Timur, ratusan orang menyantroni dan menjegal perayaan haul putri Rasul Siti Fatimah di rumah warga pada Jumat (1/4).

Malam harinya di Pekanbaru, Riau, puluhan orang mensweeping dan menyerang sebuah seminar bertema “Perempuan sebagai Rumah Cinta, Air Mata dan Kebangkitan: Sebuah Upaya Mendekatkan Identitas Perempuan Indonesia yang Progresif, Historis dan Spiritual” yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Islam. Penyerangan diwarnai pemukulam, perusakan motor, perampasan laptop dan telpon seluler sejumlah mahasiswa, serta penyekapan semalamam penuh atas seorang pemateri asal Yogyakarta yang dianggap “sesat”.

Berganti pekan, di Makassar pada Sabtu (9/4), sekelompok orang yang menamakan diri “Aliansi Pemuda Islam Makassar” membubarkan seminar pendidikan seputar pengajaran internet sehat untuk remaja lantaran dianggap berisi penyebaran “ajaran sesat”.

Seminar, diprakarsai lembaga pendidikan unggulan, Lazuardi Athaillah Global Islamic School, menghadirkan konsultan pendidikan asal India, Sayed Hyder, dan mentor TED Innovative Educator, Mahrukh Bashir. Terbuka untuk umum dan dihadiri kalangan orang tua siswa, seminar berakhir di tengah jalan setelah demonstran berkeras meminta penghentian meski telah mendapat penjelasan utuh dari penyelenggara.

image

Dari seorang sumber yang enggan disebut identitasnya, Islam Indonesia mengetahui perwakilan demonstran bertindak “lebih polisi dari polisi” saat sesi negosiasi yang difasilitasi polisi.

“Mereka awalnya mempersoalkan izin seminar, lalu mempersoalkan kehadiran Hyder yang mereka sebut sebagai ‘pendeta dari Iran’ dan menuding seminar bakal berisi ‘dakwah Syiah’,” kata sumber yang ikut dalam dalam pertemuan. “Faktanya, panitia menjelaskan seminar itu punya izin resmi kepolisian, seluruhnya seputar pengajaran internet sehat untuk remaja, pelaksanaannya sejak awal disiarkan langsung via stasiun radio lokal dan Hyder adalah Muslim Suni asal Kashmir, India.”

image

image

Sumber menggambarkan alih-alih kehilangan muka dan meminta maaf karena salah menuding, demonstran tetap ngotot acara dibubarkan. “Terakhir mereka sempat bilang: yang penting kami pulang tidak dengan tangan kosong, jadi harus ada bagian acara yang distop,” kata sumber masygul, tak habis pikir siapa yang sebenarnya ingin dipuaskan oleh kaum pendemo.

Belum ada penjelasan dari pejabat polisi Makassar terkait kasus yang belakangan mengundang kegeraman Jenderal Badrodin itu.[]

 

NK/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *