Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 24 November 2018

Kata Sakdiyah Ma’ruf Setelah Masuk Daftar ‘BBC 100 Women’


islamindonesia.id – Kata Sakdiyah Ma’ruf Setelah Masuk Daftar ‘BBC 100 Women’

 

Nama Sakdiyah Ma’ruf  kian meroket setelah daftar 100 perempuan paling menginspirasi dan berpengaruh di dunia 2018 versi BBC dirilis. Nama Komedian berhijab ini bertengger dalam salah satu daftar BBC 100 Women tahun ini.

“Dengan apresiasi atau pengakuan ini, berarti saya harus terus berkarya,” kata Perempuan kelahiran Pekalongan ini seperti dikutip harian Tempo, 24-25 November. Sakdiyah merasa memiliki tanggung jawab lebih setelah mendengar namanya disebut dalam BBC 100 Women.

Walau demikian, ia menilai apresiasi ini bukan beban baginya. Jebolan Universitas Gadja Mada ini mengaku telah membiasakan diri berkomunikasi ke publik dengan kesadaran penuh pada setiap kata, baik dalam berbicara dan menulis. “Sekarang, harus dengan kesadaran lebih,” ujarnya. 

Ia harus menyadari bahwa setiap kata yang ia keluarkan akan berdampak pada penonton dan pembaca. Hanya saja, dampak pada diri masing-masing penonton di luar kendali Sakdiyah. “Karena itu, saya harus melakukan sesuatu yang bersifat tidak merusak,” kata perempuan keturunan Arab ini. 

Sakdiyah merupakan perempuan berhijab pertama yang tampil di panggung komedi tunggal Tanah Air atau biasa dikenal dengan stand-up comedy Indonesia. Ketika itu, penampilannya disiarkan oleh stasiun televisi swasta pada 2011. 

Dari panggung ke panggung, ia menyampaikan pesan dan kritiknya terhadap situasi sosial khususnya pada pemahaman ekstrem dalam beragama di tengah masyarakat. Orang yang pernah aktif di Himpunan Mahasiswa Islam ini menentang ekstremisme dalam Islam dan kekerasan terhadap perempuan. 

Ia lalu diundang di berbagai forum nasional dan internasional. “Pada saat di Oslo Freedom Forum, saya katakan komedian haus apresiasi, hampir tak diakui perannya,” ujarnya. 

Di mata Sakdiyah, pelawak tunggal merupakan salah satu jalan menyalurkan kebebasan berekspresi. Di atas panggung inilah, ia mengungkap kegelisahannya seperti fenomena ketidakadilan bagi kaum perempuan.

Pada 2015, ia mendapat penghargaan Vaclav Havel Prize for Creative Dissent. Pada tahun berikutnya, ia kembali mendapat penghargaan Nomine Index on Consorship Award kategori art.

 

 

 

YS/islamindonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *