Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 15 January 2020

Kata Gus Mus tentang Tepuk Pramuka “Islam Yes, Kafir No”


islamindonesia.id – Kata Gus Mus tentang Tepuk Pramuka “Islam Yes, Kafir No”

Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin (Taman Pelajar Islam), Kiai Mustofa Bisri, atau Gus Mus, menyatakan keresahannya terhadap sikap anti-keberagaman yang terjadi di Yogyakarta belum lama ini, yakni yel-yel “Islam yes, kafir no” yang diajarkan seorang pembina Pramuka.

“Pembina Pramuka kok ajarkan Islam yes, kafir no. Ini wong mendem (orang mabuk). Nyekoinya gimana (memberikan minumannya bagaimana),” kata Gus Mus dalam dialog kebangsaan yang bertajuk Merawat Persatuan Menghargai Keberagaman di Auditorium Prof. K.H. Abdulkahar Mudzakir, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Selasa (14/1), sebagaimana dilansir dari Tempo.

Gus Mus kemudian mengatakan, sikap pembina pramuka yang merendahkan keberagaman itu menyakitkan dan menyalahi Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin. Dia prihatin dengan sikap pembina tersebut, padahal dia orang yang beragama.

Sebelumnya diberitakan, di Yogyakarta, seorang pembina Pramuka dari Gunung Kidul mengajarkan tepuk tangan dengan diiringi kata “Islam yes, kafir no” saat memberikan pelatihan di SD Timuran, Prawirotaman Kota Yogyakarta pada Jumat (10/1). Pembina itu lalu meminta maaf setelah salah satu wali murid memprotes.  

Menurut Gus Mus, orang yang beragama seharusnya memahami bahwa Islam adalah agama yang menghargai keberagaman atau perbedaan. Dia mengkritik orang-orang yang mengaku beragama tapi tidak menghargai keberagaman. “Sebelum muncul fatwa seperti itu, ngaji dahulu,” kata dia.

Gus Mus juga resah dengan orang-orang yang mempersoalkan hal-hal sepele dalam praktek beragama. Dia mencontohkan munculnya orang-orang yang mengaku beragama yang mempermasalahkan penulisan “Insya Allah.”

Selain itu, dia juga bercerita pengalamannya ketika salat. Ada orang yang mempersoalkan posisi berdirinya saat salat. Kepada peserta dialog kebangsaan, Gus Mus memperagakannya dengan cara berdiri saat seseorang tersebut menceramahinya.

Lalu ada juga orang yang mengingatkan jilbab putrinya sebagai jilbab yang kurang memenuhi syariat Islam.

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, menyesalkan tindakan pembina Pramuka itu. Dia menyebut bahwa hal itu tidak pada tempatnya, mengajarkan anti-keberagaman.

“Itu tidak betul. Bukan tempatnya mengatakan seperti itu. Di Indonesia tidak ada kafir. Saya sangat menyesalkan itu terjadi,” kata Sultan.

Sultan tidak secara tegas menjelaskan mengenai tindak lanjut setelah peristiwa itu. “Nanti dilihat. Saya baru dengar,” kata dia.

PH/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *