Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 27 March 2014

Kapitalisme Tentara Gaya Amerika


foto:mizan.com

Ketika kepentingan bisnis mantan sekelompok serdadu bertemu dengan nafsu perang para politisi.


BEBERAPA waktu lalu, Hamid Karzai  mencak-mencak di hadapan media massa. Pasalnya, ia merasa gerah dengan aksi-aksi sepihak para tentara bayaran yang tergabung dalam Xe Service LLC atau yang lebih kondang disebut Blackwater. Itu adalah perusahaan keamanan swasta milik Erik Prince seorang mantan anggota  Navy SEAL (unit elit Angkatan Laut AS) yang banting sentir ke bisnis berdarah-darah tersebut.

Hamid menyebut Blackwater telah merenggut banyak nyawa perempuan dan anak-anak Afghanistan. Bukan hanya lewat pemboman semata tapi juga lewat aksi-aksi pembersihan atas nama penumpasan teroris yang sering mereka lakukan di jalanan dan pelosok negara yang kenyang akan penderitaan perang itu

“Kami bahkan belum bisa membedakan ledakan bom yang dilakukan oleh Taliban dan ledakan bom yang dilakukan oleh mereka,”ujar Presiden Afghanistan favorit Amerika tersebut.

Blackwater didirikan pada 1996. Kendati nama Erik Prince lebih mencuat sebagai pemimpin perusahaan, namun para pengamat militer menyebut konsep di balik ide Blackwater sesungguhnya adalah Al Clark, instruktur Eric saat bergabung di Navy SEAL. Nama Blackwater sendiri mulai digadang-gadangkan beberapa saat setelah terjadi serangan terhadap Pentagon dan WTC.

Namun sinyal bakal sohornya Blackwater sudah tercium saat Donal Rumsfeld—Mentri Pertahanan di bawah Presiden George W.Bush—menyatakan kepada pers tentang perlunya mengundang para pengusaha untuk berkiprah di dunia pengelolaan mesin perang, sehari sebelum terjadinya Peristiwa 11 September.”…Kita harus mendorong orang-orang untuk lebih pro aktif dan membuat mereka bertindak seperti kapitalis-kapitalis yang berani,”katanya.

Yang terjadi kemudian, Blackwater memang menjadi mesin perang yang paling efektif bagi para politisi Amerika yang doyan perang. Selain sukses menampilkan wajah Amerika laiknya Rambo, Blackwater juga menuai keberhasilan luar biasa dalam masalah laba: tercatat jutaan dolar diraup oleh Erik Prince dan kroni-kroninya dari bisnis berdarah-darah itu. “…Lebih dari $ 500 juta dalam kontrak-kontrak yang teridentifikasi secara publik  dengan pemerintah AS di bawah perang melawan terror,”ungkap Josep E. Schmitz dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat.

Ungkapan Schmitz itu merupakan sebagian kecil dari bukti yang coba disodorkan oleh Jeremy Scahill dalam buku ini. Selain itu, wartawan investigasi yang bertahun-tahun meneliti soal Blackwater tersebut secara “dingin dan galak”  juga memblejeti setiap kedegilan-kedegilan yang terkait dengan bisnis tentara bayaran tersebut. Mulai pra kondisi “pembesaran Blackwater” yang dijalankan orang-orang Bush,aksi-aksi barbar mereka di medan-medan perang Irak dan Afghanistan hingga hitung-hitungan fantastik dari keuntungan yang diraup Erik Prince dan mitra-mitra bisnisnya di  tubuh neokons (sebutan untuk faksi konservatif  dan fasis di kalangan politisi Amerika Serikat).

Sayangnya, sebagai karya jurnalistik Blackwater terlalu setia dan jumud dengan “ketelanjangan” data-datanya, hingga membuat pemaparan cerita sulit dicerna dengan otak santai. Istilah saya,tidak renyah. Saya berandai-andai, jika saja Scahill sepiawai Richard Parry –wartawan yang meliput berbagai kerusuhan di Indonesia dan Timor Leste—dalam mengolah kata-kata, saya yakin buku ini akan lebih menjadi yang terbaik dari sekadar karya jurnalistik.

Sebagai catatan terakhir, untuk cover, saya pikir tampilannya sudah lumayan bagus.Setidaknya –menurut saya—lebih impresif dibanding edisi bahasa Inggrisnya. Hanya satu pertanyaan saya soal cover ini: mengapa yang ditampilkan foto 3 serdadu Amerika dari kesatuan lintas udara? Bukan seorang, dua atau tiga orang serdadu dari Blackwater sendiri? Bukankah buku ini mengenai Blackwater? 

Judul Buku    : Blackwater

Penulis         : Jeremy Scahill
Penerjemah  : Aang Muljanto dan Winny Prasetyowati
Tebal           : 701 halaman
Penerbit       : Mizan Pustaka,Bandung

 

Sumber: Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *