Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 09 July 2015

Kanji Rumbi, Sajian Lezat Berbuka ala Aceh


Selepas Dhuhur, empat laki-laki itu meriung di sebuah dapur umum di samping tembok Mesjid Al-Furqan, Beurawe, Banda Aceh. Tak banyak cerita. Tapi masing-masing mereka tahu ada tugas besar yang harus mereka rampungkan: dalam keadaan berpuasa, mereka harus menyiapkan hidangan Kanji Rumbi untuk sedikitnya 800 orang sebelum pukul empat sore. Ini salah satu hidangan yang paling dicari warga Banda Aceh selama Ramadhan. Kanji Rumbi sebangsa bubur di Jawa. Rasanya sedap karena dimasak dengan kayu bakar dan ketambahan santan dan aneka bumbu Aceh yang memang terkenal bisa menghadirkan rasa yang segar.

wpid-img_5168-1.jpg

Di dalam dapur, sudah tersedia aneka bumbu masak dan satu karung beras. Di tengah, telah menunggu dua belanga raksasa sebagai wadah memasak dan potongan drum bekas yang disulap sedemikian rupa jadi kompor dengan bahan bakar kayu.
Empat orang koki mesjid itu sudah hapal luar kepala bagaimana menyiapkan Kanji Rumbi yang pas. Tangan laki-laki berbaju coklat cekatan itu memasukkan bumbu-bumbu masak yang telah diracik ke belanga. Dibantu rekannya, dia lalu menuangkan beras ke belanga yang sebelumnya telah diisi air. Sementara dua orang lainnya sibuk mengaduk isi belanga di sebelah. Di sela bincang-bincang kecil, mereka sesekali menambah kayu bakar agar nyala api stabil.
Budi Agam, salah seorang koki, bercerita kalau tahun ini mesjid rutin memasak dua belanga besar Kanji Rumbi sejak awal Ramadhan. Satu belanga, ujarnya, khusus dibagikan ke warga Beurawe atau siapapun yang datang ke mesjid tersebut untuk salat Ashar dan tertarik membawa pulang Kanji Rumbi. Sementara satu belanga lainnya, dikhususkan bagi siapa saja yang hendak berbuka puasa di mesjid.
Porsi satu belanga cukup untuk 400 orang, katanya.

wpid-img_5176-1.jpg

“Tapi paling banyak tamu yang datang ke mesjid saat buka puasa 100 orang. Jadi sisanya tetap kita bagikan kepada masyarakat yang datang dan meminta Kanji Rumbi ini,” kata Budi yang merupakan generasi kelima koki Kanji Rumbi di Berawe.
Menurut Budi, asal muasal dimasaknya Kanji Rumbi di mesjid ini lantaran permintaan warga pada 1996. Saat itu, katanya, warga ingin agar kanji disajikan sebagai menu berbuka puasa. Alasannya karena bubur khas Aceh ini baik untuk percernaan orang-orang yang berpuasa. Kali pertama, pengurus masjid mencoba memasak satu belanga kanji rumbi untuk dibagikan kepada warga dan dihidangkan sebagai santapan kala berbuka.

wpid-img_5197-1.jpg

“Rupanya racikan koki mesjid cocok dengan lidah mereka. Cocok juga untuk orang berbuka puasa, maka diteruskanlah memasak kanji ini tiap tahunnya,” kata Budi.
Cerita koki lainnya menyebutkan meski tradisi memasak Kanji Rumbi sudah hampir 20 tahun, juru masih masih setia menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar utama memasak. Meskipun mata terasa pedih karena terkena asap dari api kayu bakar, empat orang koki ini enggan menggantinya dengan kompor gas.
Juru masak lainnya Rafi’i mengatakan aroma dan rasa bubur yang dimasak dengan kayu bakar “sangat berbeda” dibanding memasaknya dengan kompor gas. Ini juga berpengaruh ke soal daya tahan masakan, katanya.
Rafi’i mengatakan jika menggunakan kompor gas, kanji hanya akan bertahan hingga jam sembilan malam. “Kalau pakai kayu bakar, bisa tahan sampai jam 12 malam,” katanya.
Untuk membuat Kanji, Rafi’i mengatakan menghabiskan 1 karung beras dan 12 galon air mineral tiap harinya. Bumbu utama termasuk udang, wortel, kentang, dan aneka bumbu basah penyedap rasa. Takarannya sama setiap hari.

***

“Allahu Akbar.. Allahu Akbar…”
Azan Asar mulai berkumandang dari corong mesjid, satu persatu masyarakat datang membawa mangkuk. Laki-laki, perempuan, tua dan muda menyusun rapi mangkuk yang mereka bawa di atas meja panjang yang telah disediakan pengurus mesjid.
Tampak juga anak-anak usia sekolah dasar ikut membawa mangkuk. Dengan setia mereka menunggu para koki menuangkan Kanji Rumbi ke dalam mangkuk mereka.

wpid-img_5089-1.jpg

Bersama rekannya, Bang Agam menuangkan satu gayung mandi kanji rumbi yang diisikan ke setiap mangkuk masyarakat yang telah ditaruh di atas meja. Begitu pelaksanaan salat Asar selesai, masyarakat datang kembali ke halaman samping mesjid untuk mengambil mangkuk mereka untuk dibawa pulang.
Muhammad Kausar salah satunya. Warga kampung Beurawe ini kerap membawa pulang kanji untuk disantap saat berbuka puasa.
image

Pekan lalu dia datang saat remaja mesjid tengah menyiapkan hidangan di dalam mesjid. “Ada tamu di rumah, jadinya hari ini ambil Kanji untuk buka puasa di rumah. Biasanya buka puasa di sini,” katanya.
Pengurus Mesjid Al-Furqan, Mulyadi, mengatakan hidangan Kanji Rumbi yang dimasak tiap tahun ini merupakan sumbangan masyarakat kampung Beurawe. Ongkos memasak satu belanga Rp 700 ribu per harinya, katanya. Sebab ogkos yang cukup mahal itu, masyarakat kompak mengumpulkan sumbangan untuk membeli bahan guna memasak kanji. Orang Aceh menyebutnya meuripe-ripe alias patungan.
“Sebelum Ramadhan biasanya sudah diumumkan ke masyarakat untuk patungan. Saat Ramadhan masuk, orang mulai membayar,” kata Mulyadi.
image
image

Nurul Fajri/Islam Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *