Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 05 March 2014

Kampong Islam di Pulau Natal


ROL

Kampong Islam merupakan “hadiah” bagi imigran di Australia.

 

Keunikan dan keberagaman masyarakat Pulau Natal atau Pulau Christmas semakin santer terdengar seiring dengan maraknya pemberitaan media terkait pencari suaka ke Australia yang banyak melintasi Indonesia.

Betapa tidak, pulau kecil yang hanya memiliki luas sekitar 135 kilometer persegi dengan empat area pemukiman di ujung utara pulau, yakni Flying Fish Cove, Silver City, Poon Saan, dan Drumsit ini memiliki sejarah yang cukup panjang. Dari mulai pertama kali ditemukan, hingga sebuah “hadiah” khusus istimewa dari para pendatang.

Adalah William Mynors, seorang Kapten berkebangsaan Inggris yang pertama kali menemukan pulau tersebut dengan sekaligus memberikan namanya, yakni Christmas—yang dikaitkan dengan peringatan Natal pada 1643 M. Namun, meski telah lama ditemukan, Pulau Christmas baru muncul di peta pada abad ke-17 Masehi.

Hingga kini, pulau di negeri berjuluk Kangguru itu menjadi destinasi migrasi bangsa Asia-Afrika. Alhasil, berbagai etnis pun dapat ditemukan di sana, seperti Anglo Australian, Eropa, Han (Cina), dan sebagainya. Tapi, Tionghoa Hokkien lah yang paling mendominasi populasi. Tak heran, Budha menjadi agama mayoritas di pulau yang kaya hutan tropis tersebut.

Namun, di tengah-tengah beragamnya agama tersebut, muncullah para imigran muslimin yang membawa hadiah berupa ajaran Islam ke pulau di selatan Indonesia itu.

Data menunjukkan, penganut Budha di pulau ini sebanyak 36 persen dari total populasi, Kristen Katholik 18 persen, serta kepercayaan lain, seperti Baha’i, Tao, dan Konghucu sebanyak 21 persen.

Sedangkan, populasi Muslim di pulau tersebut, berdasarkan CIA World Factbook, berjumlah 25 persen dari total penduduk 1.496 jiwa. Sebagian besar merupakan imigran beretnis Melayu.

Dengan demikian, Islam menjadi agama mayoritas kedua di pulau tersebut. Komunitas Muslim lebih banyak tinggal di Flying Fish Cove atau dikenal pula dengan nama “Kampong”.

Kampong memiliki sebuah pelabuhan kecil yang menjadi tempat berlabuh kapal-kapal wisatawan. Pemandangannya sangat cantik dengan garis pantai yang elok dipandang mata. Di peta, kawasan ini kerap disebut sebagai “Settlement”.

Muslimin di kawasan Christmas Island diizinkan untuk menggelar budaya Islam tradisional, sebagaimana di Indonesia dan Malaysia dalam memperingati hari kematian, pengajian, khitanan, syukuran, dan perayaan lainnya yang didukung warga.

Di tengah beragamnya etnis di pulau migran, masyarakat Muslim di sana tetap hidup damai. Bahkan, pemerintah setempat menerapkan libur untuk hari besar tiap etnis dan umat beragama, termasuk dua hari raya besar umat Islam (Idul fitri dan Idul adha).

 

Berbagai Sumber

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *