Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 10 April 2014

Kala Kuda Melahap Gandum Pemerintah


teguhtriatmojo.blogspot.com

Kudaku telah melahap gandum milik pemerintah. Kini kau bukan milikku lagi.

 

Sebagai seorang saudagar kaya, mengeluarkan segelintir uang untuk membayar upah kamar penginapan bukanlah hal yang sulit. Hal ini pun dilakukan Abdullah, pada suatu hari. Ia yang begitu kelelahan menempuh jarak yang amat jauh dari satu tempat ke tempat lain, akhirnya harus rela memotong waktunya, dan memilih untuk menginap di sebuah kamar penginapan.

Apalagi ia begitu iba ketika melihat kudanya yang sangat mahal nan cantik terlihat sangat letih karena menemaninya beperjalanan.

Akhirnya, sampailah di sebuah penginapan. Namun, ketika Abdullah hendak mencari makanan untuk sang kuda kesayangan, rupanya adzan berkumandang. Tak mau mengulur panggilan Tuhannya, ia pun mengurungkan niatnya itu dan segera bergegas menuju tempat shalat.

“Sabar, sayang. Kau pasti sangat lelah dan lapar. Setelah shalat, aku akan carikan makanan untukmu,” rayu Abdullah kepada kuda kebanggannya.

Namun, ternyata sang kuda tak sabar menunggu tuannya itu. Alhasil, sang kuda itu kemudian memanfaatkan kelengahan sang majikan yang tengah mendirikan shalat. Dengan langkah sedikit pelan, sang kuda bergegas meninggalkan penginapan, dan menuju padang gandum tak jauh dari tempat itu.

Beberapa menit kemudian, Abdullah kembali menemui kuda jantan miliknya. Berharap sang kuda masih setia menunggu kehadirannya. Tapi, kenyatannya ia salah mengira. Kuda yang ia banggakan terlihat sedang asyik melahap rakus rerumputan di padang sebelah.

Melihat itu, Abdullah memutuskan untuk meninggalkan kudanya dan melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki. Dalam kondisi lelah ia mengatakan, “Kudaku telah melahap gandum milik pemerintah. Kini kau bukan milikku lagi.”

—–

Ya, begitulah yang dilakukan Abdullah atau yang memiliki nama lengkap Abu Abdurrahman Abdullah ibnu al Mubarak al Handhali al Mawardi, demi menjaga sikap wara (hati-hati dalam kesalehannya). Ia begitu khawatir, kalau-kalau apa yang dimakan kuda miliknya itu berasal dari sesuatu yang “kotor” dan tidak halal.

Kuda, yang bukan hanya mahal, cantik, tapi juga dianggap sebagai hewan kesayangan dan kebanggaan dirinya, pun rela ia tinggalkan demi menjaga kehalalan yang ia miliki, lantas bagaimana dengan (kita) yang kadang, (lupa), menyentil saudara, kerabat, teman, sahabat, bahkan rakyat hanya demi kepentingan dan kesenangan pribadi atau kelompok?

Abdullah ibn Mubarak lahir pada 118 H/ 736 M, dengan seorang ayah berketuruan Turki dan ibu Persia. Konon, karena sifat wara-nya itu, ia dikaruniai harta yang terus melimpah. Bahkan, saking melimpahnya harta itu, ia kemudian mendirikan dua sekolah di Merv. Satu sekolah untuk para muhaddist, dan satunya lagi untuk para fakih yang kekurangan bekal. Ia juga tak segan-segan mengumpulkan kaum fakir miskin untuk menyedekahkan hartanya.

Selain dikenal sebagai saudagar kaya, Abdullah juga tercatat sebagai salah seorang perawi hadis, sufi, dan menjadi ahli dalam banyak ilmu, termasuk sastra dan bahasa.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *