Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 25 November 2020

KAJIAN – Manusia Hidup Abadi di Akhirat Seperti Tuhan?


Setiap dari kita akan meninggalkan dunia ini untuk menuju alam keabadian. Tapi apa yang dimaksud hidup abadi di alam sana? Apakah seperti abadinya Tuhan?

Mengenai waktu di alam akhirat, Allah telah memberikan ilustrasi dengan berbagai perbandingan. Di antaranya, Dia berfirman dalam Alquran surat Alhajjaj ayat 47: “Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”

Dan dalam surat Alma’arij ayat 14, Allah berfirman, “Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.”

Bayangkan, lima puluh ribu tahun! Itu berarti 50 milenium. Padahal kita baru sampai milenium kedua. Artinya di alam sana terjadi pemoloran dari sisi waktu yang serius.

Masih banyak ayat lain yang memberikan ilustrasi tentang waktu di alam akhirat. Meski demikian, dari ayat-ayat ini kita bisa menyimpulkan bahwa keabadaian yang akan kita alami kelak bukan seperti abadinya Tuhan. Bukan. Hanya saja waktu di sana bertambah lebih lama.

Editor film tentu mengetahui proses pembuatan adegan slow motion. Biasanya frame-nya ditarik.

Nah, bayangkan frame kehidupan kita ini diperpanjang sehingga perbuatan kecil kita di dunia ini akan terasa sangat panjang efeknya kelak di akhirat.

Ibarat janin sembilan bulan di dalam rahim sebelum terlahir di dunia dan menempuh hidup 40 atau 60 tahun. Artinya terjadi multiplikasi waktu.

Jika janin ditanya tentang kehidupan 60 tahun, mungkin ia menganggapnya keabadian. Padahal itu perluasan dari kehidupan sebelumnya yang ia merupakan bagian di dalamnya.

Inilah tanda-tanda yang berulang kali diingatkan oleh Allah. Tanda untuk siapa? Tanda bagi ulul albab atau orang-orang yang mau menggunakan pikirannya.

Kehidupan janin merupakan miniatur versi sesaat bagi dunia. Sementara dunia ini merupakan miniatur versi sesaat bagi alam berikutnya, baik alam barzakh maupun alam-alam setelahnya.

Yang jelas, pada alam selanjutnya kita akan mengalami pemanjangan frame. Misalnya, kita ibadah 45 menit di dunia yang jika dikonversikan ke dalam kehidupan 50 ribu tahun, mungkin hasil atau efeknya bisa menjadi tiga ribu tahun.

Sesaat salawat, sesaat zikir, efeknya menjadi ribuan tahun di akhirat kelak. Dan itu yang kita sebut sebagai kebadian.

Catatan lain yang juga penting terkandung dalam pengantar buku The Brief History of Time karya Stephen Hawking. Menurut fisikawan cum kosmolog ini, sebagian besar dari apa yang ditemukan oleh para ilmuan hanyalah spekulasi dari bagian yang sangat kecil dari kenyataan.

Kita belum pernah menginjakkan kaki di planet-planet dalam tata surya ini. Apalagi di benda-benda langit di luar tata surya. Sementara bagi orang mukmin, Allah tidak mungkin menciptakan segala sesuatu dengan sia-sia. Masa sih semua itu diciptakan bukan untuk kita eksplorasi?

Inilah yang membuat orang beriman bergairah menyongsong masa depan. Harapannya menuju tempat yang lebih indah, lebih besar dan semangatnya menjelajahi merupakan manifestasi dari keimanan. Oleh karena itu, ketekunannya tidak pernah sedikit pun menurun, bahkan naik terus. Tidak peduli dia menua atau kondisi fisiknya menurun.[]

Serial kajian Alam Akhirat sebelumnya:

AJ/islamindonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *