Satu Islam Untuk Semua

Monday, 31 May 2021

Jerman Letakkan Batu Fondasi Pertama Rumah Kebersatuan Umat Islam, Kristen, dan Yahudi


islamindonesia.id – Jerman Letakkan Batu Fondasi Pertama Rumah Kebersatuan Umat Islam, Kristen, dan Yahudi

Para penganut Muslim, Yahudi, dan Kristen di Jerman akan dipersatukan dalam sebuah gedung ibadah bersama di Berlin. Proyek inovatif itu disebut dengan “House of One” (Rumah Kebersatuan).

Peletakan batu fondasi pertama di rumah ibadah bersama itu telah dilaksanakan pada hari Kamis (27/5). Para pengunjung yang hadir di sana mengatakan bahwa mereka berharap gedung baru ini nantinya akan mendorong pemahaman yang lebih besar antara ketiga agama tersebut.

Sebuah masjid, sinagoga, dan gereja nantinya akan berada di dalam satu atap gedung ini yang berada di daerah Leipziger Strasse, sebuah situs bersejarah yang menjadi asal-usul Berlin.

Selain itu tempat ini juga dulunya merupakan gereja pada abad ke-13, Petrikirche, yang rusak parah dalam Perang Dunia II karena bom dan dimatikan fungsinya ketika Jerman berada di bawah komunisme.

Wolfgang Schäuble, Presiden Bundestag dan mantan Menteri Ekonomi Jerman, didaulat untuk meletakkan batu pertama. Dia menyebut bakal gedung ini sebagai, “Lokasi toleransi dan keterbukaan.”

Dia menambahkan, bahwa gedung ini akan memiliki, “Aspirasi teologis untuk terbuka terhadap perspektif spiritual lain dengan rasa hormat yang sama.”

Dia juga menekankan tentang pentingnya proyek tersebut untuk mempromosikan dialog antar agama dan untuk melawan fanatisme dan kekerasan.

Para pimpinan proyek ini, yaitu Imam Kadir Sanci, Rabi Andreas Nachama, dan Pastor Gregor Hohberg, mengatakan bahwa pembangunan baru benar-benar akan dimulai pada saat musim gugur dan diperkirakan akan memakan waktu empat tahun.

Ketiga orang inilah yang telah mendiskusikan mimpi untuk mendirikan sebuah rumah kebersamaan dari sejak satu dekade yang lalu.

Surat kabar mingguan Jerman, Die Zeit, menyebutkan bahwa gedung itu sebagai, “Proyek konstruksi gerejawi yang paling spektakuler.”

Rabi Andreas Nachama, yang sebelumnya bekerja sebagai pendeta untuk pasukan Amerika Serikat yang ditempatkan di Berlin, mengatakan kepada surat kabar itu bahwa proyek tersebut muncul dari dialog selama bertahun-tahun antara ketiga pria tersebut.

“Adalah ide brilian Pastor Gregor Hohberg untuk menciptakan ruang spiritual di tempat (bekas) gereja tertua di Berlin yang telah berdiri selama 750 tahun, yang menyatukan orang Yahudi, Kristen, dan Muslim, (juga) dengan orang beriman dan tidak beriman (ateis) lainnya. Ini harus menjadi rumah untuk saling menghormati,” katanya.

Sementara itu Imam Kadir Sanci mengatakan kepada media Jerman bahwa dia gembira bahwa Muslim di kota itu akhirnya akan memiliki tempat beribadah di pusat kota dan tidak terletak di lokasi yang jauh, tidak seperti kebanyakan masjid-masjid lainnya di Jerman yang diperkirakan ada sebanyak 800.

Pemerintah Jerman telah menyumbang sebanyak 20 juta Euro dari proyek senilai 47 juta Euro tersebut, sementara 10 juta Euro disumbangkan oleh pemerintah negara bagian Berlin. Kemudian 9 juta Euro didapat dari sumbangan individu. Sisa biaya yang belum terpenuhi nantinya diharapkan dapat dipenuhi dari sumbangan-sumbangan lain dalam empat tahun ke depan.

Adalah biro arsitektur Berlin Kuehn Malvezzi yang berada di balik pengerjaan konstruksi ini. Gedung ini nantinya akan berdiri setinggi 46 meter, bersaing dengan gedung-gedung tinggi yang berkilauan di sekitar Leipziger Platz dan Potsdamer Platz di dekatnya, banyak di antara gedung-gedung ini yang telah didirikan dalam 30 tahun terakhir sejak runtuhnya Tembok Berlin.

Joseph Schuster, presiden Dewan Pusat Yahudi di Jerman, mengatakan bahwa dia menyambut baik fakta bahwa proyek tersebut akan mendorong dialog antar agama. “Di sini agama dapat berbicara satu sama lain, bukan tentang satu sama lain,” katanya.

Heinrich Bedford-Strohm, ketua Dewan Gereja Evangelis di Jerman, mengatakan kepada media Jerman bahwa gedung itu mengirimkan sinyal penting, yaitu, “Pada saat antisemitisme dan Islamofobia meningkat,” katanya.

PH/IslamIndonesia/Foto utama: Sean Gallup/Getty Images/Sumber Artikel: The Guardian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *