Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 10 December 2016

Jenderal Gatot Nurmantyo: 70% Konflik Dunia Gara-gara Pangan, Air dan Energi, Bukan Soal Ideologi


islamindonesia.id – Jenderal Gatot Nurmantyo: 70% Konflik Dunia Gara-gara Pangan, Air dan Energi, Bukan Soal Ideologi

 

Hadir dalam  acara Indonesianisme Summit di Grand Sahid Jaya, Jakarta, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo  mengatakan, Indonesia sebagai negara yang berada di ekuator atau khatulistiwa, paling rawan untuk diserang agar terpecah. Hal serupa, kata dia, sudah terjadi di negara-negara Arab.

“Semua negara yang konflik adalah penghasil energi. Yang tidak ada energi enggak akan konflik. Bahkan Ukraina terakhir. Bush (mantan Presiden AS) dalam pidato resminya mengatakan, apabila Rusia menyerang Ukraina, NATO akan berperang. Karena selain kota pelabuhan, Ukraina penghasil 10 juta barel per hari,” ujar Gatot di Jakarta, Sabtu (10/12/2016).

Ia menjelaskan, pada 2017, jumlah warga dunia akan tembus delapan miliar jiwa. Sementara itu, energi mulai menipis. Sumber daya alam seperti dari fosil diperkirakan habis pada 2056, dengan jumlah penduduk sudah di atas 10 miliar jiwa. Konflik, kata Gatot, berpotensi muncul.

Gatot mencontohkan, konflik-konflik yang belakangan muncul seperti di Suriah, Libya, Mesir, hingga Ukraina ditegaskannya bukan persoalan agama. Namun, konflik itu adalah persoalan energi. Tak terkecuali konflik berkepanjangan yang menimpa negara-negara Arab sebagai penghasil energi yang paling banyak. Gatot mengatakan, tidak benar jika ada pihak yang menilai konflik di negara-negara beralasan agama dan ideologi.

“Dan dapat saya simpulkan, di dunia timbul konflik karena agama, ideologi, sekarang tidak. Minimal 70 persen berlatar belakang energi,” katanya.

Sementara itu, potensi ancaman untuk Indonesia, kata Gatot, merujuk energi fosil yang sudah mulai habis sekitar 2043. Oleh karena itu perlu digalakkan energi hayati.

“Berbicara energi hayati, pasti tidak lepas dari ekuator. Di dunia ada tiga kelompok negara  yang dilalui ekuator; ASEAN, Afrika Tengah, dan Amerika Latin. Dan di ASEAN, Indonesia yang terbesar,” kata Gatot.

Pada 2043, jumlah penduduk dunia diperkirakan lebih dari 14 miliar jiwa. Pada saat energi fosil habis, maka akan terjadi krisis pangan, air, dan energi, terutama di negara-negara yang bukan ekuator.

“Dan yang tinggal di ekuator hanya 2,5 miliar jiwa. Dan ini permasalahannya, dikatakan kompetisi. Yang 9,8 miliar jiwa pasti akan mencari makan di 2,5 miliar jiwa. Inilah kompetisi karena mencari pangan, air, dan energi,” kata dia.

Pangan, air, dan energi, tersedia di Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia akan menjadi sasaran dari mayoritas penduduk dunia itu.

Gatot melanjutkan, apabila konflik Arab terjadi lantaran faktor energi, maka konflik di Indonesia bisa terjadi pula. Meski bukan karena energi melainkan kekayaan hayati yang juga bisa menjadi sumber energi.

“Teori saya, pasti konflik berlatar belakang pangan, energi, dan air dan tempatnya di ekuator ini akan segera dating. Kita tinggal tunggu waktunya,” pungkasnya.

 

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *