Satu Islam Untuk Semua

Monday, 20 March 2017

Jelang Wafat, Kiai Hasyim Masih Paksakan Diri Mengajar Kitab Al Hikam


islamindonesia.id – Jelang Wafat, Kiai Hasyim Masih Paksakan Diri Mengajar Kitab Al Hikam

 

Dua minggu sebelum KH Hasyim Muzadi menghembuskan nafasnya yang terakhir, eks Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD membesuknya di Pesantren Al Hikam, Malang. Waktu itu, menurut Mahfud, keadaannya memang sudah parah.

Tidak bisa berkomunikasi kecuali dengan gerakan tangan yang lemah. Untuk berbicara satu kalimat saja, almarhum harus menyedot seteguk air.

’’Terima kasih, saya doakan Pak Mahfud selalu baik,’’ kata Kiai Hasyim dengan suara lirih seperti dikisahkan Mahfud di Harian Jawa Pos, 17/3.

Ketika air lewat di tenggorokan, beliau tampak kesakitan. Mahfud yang menyaksikan merasa sangat pilu. Dalam kondisi kesehatan seperti itu, Pengasuh Ponpes Al Hikam Malang itu dikabarkan masih memiliki tekad untuk menyampaikan ilmu ke santri-santrinya

“Menurut Nyai Hasyim, sampai menjelang akhir hayatnya, Kiai Hasyim masih sering memaksakan diri untuk mengajar santri-santrinya. Yang diajarkannya adalah kitab Al Hikam,” kata Mahfud.

Karena kecintaan jebolan Ponpes Modern Gontor ini kepada kitab Al Hikam, sebelum tutup usia, almarhum juga meminta ditempelkan kutipan dari kitab itu di kamarnya.

“Bunyi dari kutipan ini istirahatkan dirimu untuk mengatur segala sesuatu yang sudah diatur oleh Tuhan,” kata menantu almarhum, Arif Jamhari, di Pondok Pesantren Al-Hikam, Beji, Depok, seperti dikutip metrotvnews.com, 16 Maret.

Menurut Arif, Al-Hikam mengajarkan banyak nilai-nilai kehidupan sehingga disukai Hasyim. Kitab ini, kata dia, juga salah satu pegangan para kiai.

Dalam kitab itu diajarkan hubungan manusia dengan Tuhan. Kemudian hubungan manusia dengan sesama dengan sesama dan mahluk hidup lain di muka bumi. Al Hikam lah yang juga dipakai untuk menamai nama pesantren yang didirikannya dan diajarkan kepada semua santri Hasyim selain yang utama kitab suci Alquran.

Ajaran yang tertera pada kitab tersebut dicerminkan dalam kehidupan mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu. “Semangat berkorban beliau. Pelajaran hidup, beliau hidupnya untuk pesantren. Uangnya, hartanya, semua untuk pesantren,” kenang Arif.

Seperti diketahui anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) itu tutup usia pada Rabu pagi 16 Maret 2017, di Malang, Jawa Timur. Jenazahnya kemudian dibawa ke Jakarta untuk dimakamkan di Pondok Pesantren Al-Hikam, Depok, Jawa Barat.[]

 

YS/ islam indonesia/ Foto: bisnisjakarta.co.id

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *