Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 15 December 2019

Isu Peran Ulama Dibahas dalam Acara Konferensi Perubahan Iklim di Spanyol


islamindonesia.id – Isu Peran Ulama Dibahas dalam Acara Konferensi Perubahan Iklim di Spanyol

The United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) atau di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan Konferensi Perubahan Iklim adalah wadah pertemuan negara-negara dan beberapa LSM Internasional untuk membicarakan tentang perubahan iklim.

Dilansir dari website UNFCCC, tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer pada tingkat yang akan mencegah gangguan polusi berbahaya terhadap sistem iklim.

Atau secara sederhana, ini adalah usaha negara-negara di dunia dan pihak-pihak terkait yang dikoordinir oleh PBB untuk menurunkan kadar gas rumah kaca di atmosfir yang telah menyebabkan terjadinya pemanasan global di bumi.

Salah satu dampak buruk dari pemanasan global adalah mencairnya es di kutub selatan dan utara yang mengakibatkan naiknya permukaan air laut, yang mana dapat menyebabkan tenggelamnya sebagian daratan di muka bumi.

Konferensi ini telah dimulai dari sejak tahun 1992 di Rio de Janeiro dan terus berlanjut hingga hari ini. Konferensi terbaru pada tahun 2019 diberi tajuk The Conference of the Parties (COP) ke-25, diselenggarakan di Chili dengan bantuan dari Spanyol.

Ulama dan Perubahan Iklim

Yenny Wahid, Direktur Wahid Foundation dan putri Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid atau yang dikenal Gus Dur, diundang untuk menjadi pembicara dalam acara diskusi yang berjudul “Pergerakan Agama dalam Perubahan Iklim” di Paviliun Indonesia di Konferensi Perubahan Iklim (UNFCCC-COP25) di Feria de Madrid, Madrid, Spanyol, Senin (9/12).

Dalam acara tersebut, Yenny menekankan tentang pentingnya pelibatan agama dalam upaya mengatasi perubahan iklim. Para ulama didorong untuk lebih gencar menyiarkan soal isu lingkungan hidup dalam dakwah-dakwahnya.

“Energi umat harus kita salurkan untuk menjaga lingkungan hidup dan memastikan bahwa suhu planet ini tidak makin bertambah,” ujar Yenny sebagai dilansir dari detik.com.

Apalagi karena kekuatan umat di Indonesia begitu besar, maka Yenny menyarankan agar kekuatan ulama digunakan untuk mengajak umat memperhatikan masalah lingkungan yang berdampak besar terhadap perubahan iklim.

“Energi umat ini banyak, terutama di Indonesia, mereka punya keinginan untuk saling berbuat keinginan kita kan diajari untuk berbuat kebaikan amal ma’ruf, ini salah satu pengejawantahannya artikulasinya adalah dengan cara melakukan tindakan sederhana tapi berkontribusi pada penyelamatan hidup,” ujarnya.

Yenny Wahid di Madrid, Spanyol. Foto: Tribunnews

Yenny juga mengimbau agar para ulama menggunakan energi positif itu untuk berdakwah soal lingkungan. “Umat diarahkan ke sana seharusnya, bukan umat diarahkan untuk saling menghujat satu sama lain, untuk menuduh orang lain kafir dan lain sebagainya. Energi harus kita diarahkan untuk perbaikan umat manusia,” ujarnya.

Dalam kesempatan diskusi, Yenny sempat bertanya mengapa manusia mudah tergerakkan oleh hal-hal abstrak, seperti surga dan neraka, sementara perubahan iklim yang begitu nyata tidak mempunyai pergerakan.

“Kenapa kita ini bisa percaya dengan hal-hal yang bersifat abstrak, saya bertanya bahwa hal-hal yang bersifat abstrak itu bisa menggerakkan manusia sedemikian rupa, misal tentang surga dan neraka, orang tidak pernah tahu secara fisik.

“Tapi fakta-fakta tentang perubahan iklim (yang bisa dilihat kasatmata) itu sampai sekarang tidak bisa menggerakkan manusia untuk melakukan tindakan konkret cegah pemanasan global, kenapa ini?” papar Yenny.

PH/IslamIndonesia/Foto Utama: UNFCCC

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *