Satu Islam Untuk Semua

Tuesday, 07 March 2017

Ingatkan Defisit Riyadh, Sekjen Al-Syami: Jangan Terlalu Berharap pada Saudi


islamindonesia.id – Ingatkan Defisit Riyadh, Sekjen Al-Syami: Jangan Terlalu Berharap pada Saudi

 

Sebagaimana santunan yang dijanjikan pada para korban ‘tragedi crane’ 2015 di Makkah, pemerintah seharusnya tidak menaruh harapan berlebihan pada kerjasama ekonomi dengan Riyadh. Demikian pendapat Sekjen Ikatan Alumni Syam Indonesia (Al-Syami) Najih Ramadhan menanggapi kunjungan Raja Arab Saudi Salman bin Abdilaziz selama di Jakarta awal Maret ini.

“Meski kunjungan ini dianggap bersejarah, hendaknya kita bersikap proporsional dan tidak menaruh harapan berlebih pada Arab Saudi. Saudi adalah negara yang ekonominya tengah limbung. Pada 2015, APBN mereka defisit sebesar SAR 366 miliar dan SAR 297 miliar pada 2016,” kata Najih seperti yang ia tulis di laman facebooknya 6/3.

Jumlah itu, menurut pria yang kini menetap di Surabaya, setara dengan Rp 1.062 triliun. Pada akhir 2016, untuk pertama kalinya dalam sejarah, Arab Saudi berutang kepada asing dan memperoleh dana segar sebesar US$175 miliar. Arab Saudi juga akan melepas saham Saudi Aramco, mesin utama ekonomi kerajaan.

“Lawatan pemerintah mereka ke Asia antara lain bertujuan untuk mencari calon pembeli 5 persen saham Saudi Aramco senilai Rp. 1.330 triliun,” katanya.

Dan dengan melihat gaya hidup pangeran-pangeran Saudi yang super glamor, seperti dilihat sepanjang kunjungannya di Indonesia, “Hanya soal waktu, negara mereka akan krisis,” jelasnya.

Sebelumnya, di penghujung 2016, sejumlah perusahaan lokal di Saudi kesulitan membayar upah buruh migran sehingga terjadi pemecatan massal. Hal ini membuat para buruh migran, termasuk dari India, sempat tak bisa membeli makanan, bahkan tiket untuk pulang kampung.

Dan hingga hari ini,  Saudi tak kunjung mencairkan ganti rugi korban ‘tragedi crane’ yang terjadi pada musim haji 2015. Menurut sejumlah pengamat, defisit anggaran, krisis likuiditas, anjloknya bursa saham dan secara keseluruhan masalah finansial yang dihadapi sektor perbankan Arab Saudi belakangan ini merupakan imbas dari kebijakan menurunkan harga minyak dunia.

Mahalnya ongkos perang atas tetangganya, Yaman, turut memperburuk ekonomi Saudi.Terkait kebijakan operasi militar Saudi ke negara lain tak luput dari perhatian Najih sebagai alumni Damaskus.

“Saya agak jemu melihat gegap gempita penyambutan kunjungan yang mempertontonkan kemegahan dan kemewahan seorang pemimpin pemerintahan yang dengan nafsu amarah imperial dan superioritas militernya telah meluluhlantakkan dua negara pusat studi dan kebudayaan Islam; Yaman dan Suriah, serta banyak melanggar hak buruh migran WNI, ditambah melihat ekspektasi masyarakat Indonesia yang begitu besar dan sikap-sikap inferiority-nya,” katanya.[]

 

YS/islam indonesia/Foto: Republika

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *