Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 15 January 2014

Indahnya Bangunan Pesantren Ala Kuil


satuislam.org

Biasanya sebuah bangunan dapat mencerminkan kegiatan yang terjadi di dalam ruangan tersebut. Misalnya, masjid sebagai tempat ibadah umat Islam sudah dapat dipastikan memiliki bentuk yang sebagian besar ornamennya mencirikan simbol ke-islam-an. Pun begitu dengan sekolah, sebagai tempat menimba ilmu, dan lain sebagainya. Namun, ada yang berbeda dari bangunan satu ini.

Ya, namanya pondok pesantren “Tegalrejo”. Bangunan ini terletak di desa Tegalrejo, Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim). Secara sepintas, orang yang melihat bagunan ini mungkin tidak akan mengira jika bangunan tersebut merupakan sebuah tempat menimba ilmu—yang sebagian besar notabenenya berasaskan Islam—pesantren.

Betapa tidak, bangunan seluas 1 ha ini, sepintas tampak seperti kuil Hindu. Pertama kali memasuki bangunan ini, Anda akan langsung disuguhkan sebuah lorong panjang yang mirip dengan arsitektur ala India, dan terlihat banyak pilar-pilar yang mirip bangunan Romawi kuno.

Percampuran gaya India, Timur Tengah, Mesir, Cordova, Andalusia, Persia, Romawi dan Majapahit ini menyatu dalam satu komplek ponpes dengan mempertahankan tradisi salaf.

Adalah Muhammad Rofiq atau yang akrab dipanggil Gus Rofiq sebagai pencetus ide awal bangunan ala kuil tersebut. Gus Rofiq yang juga pengasuh Ponpes ini kemudian memberikan nama “Tegalrejo”.

“Saya dulu sering jalan-jalan ke  Timur Tengah, Iran, India, dan Eropa mengamati bangunan kuno itu”. Kata Gus Rofiq, seperti dikutip dari satuislam.org.

Akhirnya, pada tahun 1998 bangunan ini berhasil didirikan. Tanah dan dana didapat dari partisipasi masyarakat dan pasien yang berobat maupun konsultasi. Untuk keseluruhan pengerjaan bangunan dikerjakan oleh para santri. Untuk arsitekturnya dia rancang sendiri berdasar ingatannya akan arsitektur bangunan kuno di beberapa negara.

“Saya sudah menghabiskan biaya sekitar Rp. 10 milyar, para santri saya yang mengerjakan semuanya. Di sini cuma saya sendiri pengurusnya, ya yang ngajar para santri itu juga saya sendiri”. Ujar Gus Rofiq.

“Dulu bangunan awalnya hanya berupa petakan dari kayu nelas aja lalu dana yang saya dapat dari masyarakat dan para pasien saya kumpulkan untuk membangun sedikit demi sedikit, ada juga yang nymbang material. Tanah wakaf dari Pak Jamiran warga Tegalrejo sini,” jelasnya.

Uniknya, meski bangunan ini berbentuk seperti kuil, namun suasana pesantren tetap begitu kental terasa. Terlebih, dengan bangunan utama yang sengaja dibuat sebagai tempat konsultasi dan kediaman pribadi Gus Rofik ini diberi sentuhan percampuran Persia, Timur Tengah, India dan Cordova.

Sementara itu, sebelah kanan koridor, dibuat lorong mirip goa dengan diberi sentuhan arsitektur ala Mesir Kuno menuju Masjid.

Hal yang tak kalah menarik juga dengan bangunan sentuhan Romawi. Bangunan ini, khusus diperuntukkan bagi jamaah pengajian yang diadakan setiap malam Selasa. Konon, bangunan ini mampu menampung jamaah hingga 2.000 orang. Sehingga, dalam majlis yang sama, mereka dapat mendengarkan Gus Rofik membacakan kitab-kitab standar salaf.

“Saya gunakan metode semakan (menyimak), saya membacakan kitab seperti durotunnasihin, ihya’ ulumuddin dan bidayah, sementara mereka mendengarkannya”, papar Gus Rofiq.

“Saya tidak melihat orang bermazhab apa, yang penting tujuan saya umat Islam maju,” tambahnya.

Lelaki putra KH. Mahmud asal Tumpang, Malang, jawa Timur ini mengaku tujuan membuat desain bangunan pondok pesantren dengan menggabungkan arsitektur kuno dari beberapa negara ini untuk turut andil mempertahankan peradaban Islam.

“Peradaban Islam harus maju, seni bangunan merupakan salah satu peradaban manusia, saya ingin umat Islam maju dengan akhlak dan peradaban,” paparnya.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *