Satu Islam Untuk Semua

Friday, 03 January 2020

Imam Masjid Istiqlal: Intoleransi Tidak Akan Jadi Jualan Menarik di Indonesia


islamindonesia.id – Imam Masjid Istiqlal: Intoleransi Tidak Akan Jadi Jualan Menarik di Indonesia

Imam Masjid Istiqlal Prof Nasaruddin Umar menyebut intoleransi tidak akan jadi jualan menarik di Indonesia. Alasannya, intoleransi pasti akan bertentangan dengan basic culture masyarakat Indonesia yang maritim. Kultur masyarakat maritim lebih menekankan aspek pertemuan (titik temu), bukan perbedaan.

Lebih lanjut Nasaruddin menjelaskan, masyarakat maritim lebih egaliter daripada masyarakat kontinental. “Kenapa semua nabi turun pada masyarakat kontinental, tidak ada nabi yang turun di masyarakat maritim? Kita di sini tidak ada nabi, cukup ustad. Tapi masya Allah lebih santun dari (orang-orang yang berada di tempat) langganan (turunnya) nabi di sana,” kata Nasaruddin dalam sesi wawancara bersama detikcom, Rabu (1/1).

“Intoleransi tidak akan jadi jualan menarik di Indonesia. Kalaupun ada saat ini, itu hanya masa transisi saja. Saya tidak melihat intoleransi itu menjadi ancaman besar di Indonesia. Selama masih ada NU, Muhammadiyah, tidak ada yang pernah bisa mengacak-acak Indonesia. “

Semakin Cerdas Masyarakat, Semakin Kuat Filternya

“Orang yang memprovokasi masyarakat dengan data-data yang tidak valid atau ujaran kebencian, itu akan ditinggalkan masyarakat cerdas. Semakin cerdas masyarakat itu semakin filternya kuat dan semakin tidak laku viral-viral yang destruktif itu,” terang Nasaruddin.

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah itu juga menekankan, agama sudah mengingatkan bahwa kebatilan akan dikalahkan oleh al-haq (kebenaran). “Tidak ada kebatilan mengalahkan al-haq (kebenaran). Ada Fira’un ada nabi.. Tapi endingnya pasti yang menang adalah nabi.”

“Setiap pengujar kebencian yang tidak bersumber pada fakta kebenaran itu menggali kuburnya sendiri. Sebaliknya jangan bermain-main dengan orang yang selalu konsisten dengan data yang benar, sekalipun awalnya dia minoritas.”

Meningkatkan Kewaspadaan

Meski menurutnya intoleransi bukanlah ancaman serius di Indonesia, tetapi tetap harus waspada. “Sekarang mulai muncul kelompok-kelompok kecil yang berusaha untuk memprovokasi umat Islam. Sedikit-sedikit bid’ah, musyrik, kafir. Sudah ratusan tahun peringatan maulid diadakan tiba-tiba dikatakan bid’ah. Kita harus hati-hati. Di belakangnya (mereka) ini siapa sebetulnya. Itu bukan pemurnian,” paparnya.

Terkait adanya kelompok yang demikian, Nasaruddin mengimbau kepada kelompok Muslim mainstream supaya tidak diam. Harus proaktif melakukan counter narasi supaya ada balancing (informasi). Para mubalig jangan hanya pintar berkhutbah tetapi juga harus pintar menulis.

Malik/IslamIndonesia.id/Foto Utama: nasaruddinumar.org

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *