Satu Islam Untuk Semua

Saturday, 11 March 2017

Ikuti ‘Muslim Exchange Program’, Oki ‘KCB’ Terbang ke Melbourne


islamindonesia.id – Ikuti ‘Muslim Exchange Program’, Oki ‘KCB’ Terbang ke Melbourne

 

Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) menggelar program pertukaran pemuda Muslim 2017 sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Program ini kembali memberi kesempatan bagi para pemuda Muslim dari kedua negara untuk melihat bagaimana Islam dan agama lain dipraktekkan di Indonesia dan Australia.

Untuk kelompok pertama tahun 2017 yang berasal dari Indonesia dan datang ke Australia adalah Oki Setiana Dewi, seorang TV presenter dan artis yang juga kandidat PhD di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayutallah Jakarta; Prosmala Hadisaputra, kepala program pendidikan Diniyah di Pesantren Selaprang, Kediri, Lombok Barat; Nisawatin Faoziah, dari Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran di Yogyakarta; Nurjanni Astiyanti dari Dinas Pendidikan Jawa Barat; dan Syamsul Alif Galib dari Universitas Islam Negeri Alauddin di Makassar.

Kelimanya sudah berada di Melbourne sejak awal pekan (6/03/2017) dengan sejumlah rangkaian program yang cukup padat. Di Melbourne, mereka telah mengunjungi masjid baru di kawasan Newport, Museum Islam pertama di Australia, termasuk ke kantor ABC Australia yang berada di kawasan Southbank, Melbourne.

Dalam kunjungan ke ABC, hari Jumat (10/03/2017), mereka bertemu dengan staf dari Australia Plus Indonesia dan berdiskusi soal apa yang hendak ingin mereka gali dan cari tahu dari kunjungannya ke Australia.

Syamsul Arif Galib, yang akrab dipanggil oleh Sam bertanya soal apakah ada dan bagaimana tanggapan soal muslim dari kalangan gay, lesbian, biseks, dan transgender (LGBT).

“Jika di Indonesia, isu ini menjadi sangat sensitif. Ada beberapa ulama dan syeikh yang belum memberikan tanggapan, tetapi pada intinya menghargai keberadaan mereka sebagai manusia,” ujar Sam yang mengaku pernah tinggal dan bersekolah di Amerika Serikat.

Sementara itu, Oki Setiana Dewi yang pernah membintangi film ‘Ketika Cinta Bertasbih’ ingin agar pengalamannya ke Australia untuk melihat kehidupan Islam di sini menjadi sesuatu yang bisa dibagikan bagi penonton acara televisi yang dibawakannya.

“Ini adalah pertama kalinya saya datang ke sebuah negara yang sangat multikultur, sebelumnya saya hanya pernah ke beberapa tempat di Asia, seperti Jepang atau Hong Kong. Jadi melihat bagaimana kehidupan Islam di masyarakat yang beragam ini sangat menarik,” kata Oki.

Prosmala Hadisaputra yang sudah beberapa kali menerbitkan publikasi merasa takjub melihat banyaknya masjid-masjid di Australia yang berkesan lebih dari sekedar tempat shalat.

“Saat kami ke Masjid di Newport, area shalat bisa terlihat dari luar karena kaca yang transparan,” katanya. “Ini juga menjadi salah satu bentuk dakwah menurut imamnya, karena terkesan transparan atau terbuka bagi mereka yang ingin tahu aktivitas di dalam masjid.”

“Saya juga merasa jika masjid tersebut memiliki ruangan yang bisa digunakan untuk berbagai acara komunitas, jadi bukan sekedar tempat untuk beribadah.”

Prosmala menjelaskan jika ada beberapa masjid di Indonesia yang juga sudah mulai terbuka untuk berbagai acara, tetapi masih pula ada anggapan masjid hanya ekslusif bagi orang Islam.

Dengan latar belakangnya sebagai guru bimbingan, Nurjanni Astiyanti lebih merasa jika Australia menempatkan sisi humanitas lebih tinggi dibandingkan dengan bidang lainnya.

“Saya ingin lebih menggali bagaimana Australia menganggap kemanusiaan sebagai sesuatu yang dianggap penting, apakah karena ini juga jurusan-jurusan sosial dan humanity memiliki syarat nilai IELTS yang lebih tinggi dibandingkan bidang teknik atau sains?” kata Nurjanni yang tinggal di Sukabumi.

Masalah toleransi dan apakah ada pemberian ‘label’, baik dilakukan oleh komunitas Muslim Australia atau diantara komunitas itu sendiri menjadi perhatian Niswatin.

Pertukaran pemuda Islam Australia dan Indonesia memilih para pemimpin muda di bidangnya untuk datang ke Australia selama dua minggu.

Mereka tidak hanya akan bertemu dan berkunjung ke organisasi Muslim saja, tapi juga ke kelompok dan organisasi agama lain, untuk mendapatkan pengalaman budaya.

Diharapkan lewat program pertukaran ini mereka lebih dapat mempromosikan hubungan lintas agama diantara Muslim dan pemeluk agama lain di kedua negara.[]

 

YS/ Islam Indonesia/ Sumber: australiaplus.com/ Foto: viva.co.id

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *