Satu Islam Untuk Semua

Monday, 29 August 2016

HIKMAH–Komunikasi Super Manusia Super


Islamindonesia.id–Komunikasi Super Manusia Super

 

Guna meluaskan penyebaran Islam, Baginda Nabi melakukan ekspansi dengan mengirimkan para da’i untuk mendakwahkan Islam kepada suku-suku di Arab. Kadang pula harus mengerahkan pasukan.

Terdapat seorang pemimpin suku, yakni Kabilah Thay bernama Adi bin Hatim. Saat terjadi pertempuran antara Suku Thay dengan pasukan Islam, sang pemimpin malah memilih kabur dari peperangan dan mencari suaka kepada Kerajaan Romawi di Syam. Sementara itu pasukan Islam berhasil mendekati perkampungan mereka. Sebuah pertempuran yang mudah, pemimpin kabur dan pasukan mereka tak berpanglima. Menarik, bahwa dalam tiap pertempuran pasukan Islam senantiasa memperlakukan musuh dengan baik, disamping saling mengasihi sesama prajurit. Hal ini membuat keder orang-orang dari Suku Thay dan semakin mengokohkan kekuatan kaum muslimin.

Sebagian kaum Adi bin Hatim menjadi tawanan, termasuk saudara perempuannya. Sesampainya di Madinah, pemimpin pasukan melapor kepada Baginda Nabi prihal pelarian Adi ke Syam. Ia heran akan hal tersebut.

‘Mengapa Adi lari dari agama, mengapa ia meninggalkan kaumnya?’

Sejujurnya keadaan Adi bin Hatim tidak baik berada di Romawi, karenanya ia terpaksa kembali ke Madinah dan menemui Baginda Nabi, barangkali ada nota kesepahaman yang bisa dicapai, pikirnya. Adi mengisahkan perjalanannya ke Madinah sebagaimana pernyataannya…

“Tidak ada lelaki Arab yang paling membenci Baginda Nabi melebihi kebencianku. Aku seorang Nasrani, dan aku adalah penguasa bagi kaumku. Demikianlah aku ditakdirkan. Setelah aku mendengar prihal Baginda Nabi, aku benar-benar membencinya. Aku pergi meninggalkan Madinah menuju Romawi, bertemu Kaisar. Sayangnya posisiku di sana kurang baik.

“Lalu aku berpikir, Demi Allah, seandainya aku menemui orang ini (Baginda), andai ia berdusta niscaya tidak akan membahayakan keadaanku. Namun seandainya ia jujur, aku akan mengetahuinya.

“Kemudian aku pergi menemuinya. Setelah aku memasuki Madinah, orang-orang saling berbisik, “Ini adalah Adi bin Hatim. Ini adalah Adi bin Hatim…”

“Aku berlalu, hingga menemui Baginda Nabi di masjid. Ia menyapaku, “Adi bin Hatim?”

Aku menjawab, “Ya, Adi bin Hatim.”

Baginda Nabi tampak sangat bahagia menyambutku, padahal aku seorang non-Muslim yang lari dari peperangan, pembenci Islam dan pencari suaka kepada pemeluk agama lain. Ia pun meraih tanganku, berjalan bersama menyusuri beranda masjid menuju rumahnya.”

Adi berjalan beriringan bersama Baginda Nabi. Dalam pikirannya, ia setara dengan Nabi. Dua kepala yang sama; Muhammad raja Madinah, dan Adi raja bagi masyarakat Thay. Muhammad beragama samawi, Islam. Ia juga beragama samawi, Kristen. Ia merasa tidak ada perbedaan dengan Baginda.

Di tengah jalan, ada tiga peristiwa yang membekas di benak Adi. Ketika ia berjalan bersama Baginda, berdiri seorang perempuan di tengah jalan dan berkata; “Wahai, Baginda. Saya memiliki keperluan denganmu.”

Baginda melepas tangannya dari Adi, mendekati perempuan tersebut dan mendengarkan keperluannya. Adi yang mengetahui betul gaya hidup para raja, setelah menyaksikan pemandangan tersebut, dia berkata; “Demi Allah, ini bukan tingkah para raja. Ini adalah akhlak para nabi…”

Setelah perempuan tersebut menunaikan keperluannya, Baginda kembali mendekati Adi dan melanjutkan perjalanan. Kemudian ada seorang lelaki menghadapnya. Kira-kira apa yang dikatakannya? Apakah dia akan berkata; “Wahai Baginda Nabi, aku memiliki banyak harta, sudikah mencarikan orang fakir untukku?”

Tentu bukan itu yang dikatakannya!

Lelaki itu berkata, “Duhai Baginda, aku adukan kepadamu perihal kefakiran dan kepapaanku.”

Adi mendengarkan keluh kesah lelaki itu. Lalu Baginda Nabi mengucapkan beberapa patah kata, sesudah itu berlalu melanjutkan perjalanan.

Beberapa langkah ke depan, seorang lelaki lain menghampiri Baginda Nabi dan berkata, “Wahai, Baginda. Aku adukan kepadamu tentang peristiwa perampokan…”

Adi mengernyit. Ia seseorang yang memiliki kemuliaan di dalam kaumnya. Ia juga tidak punya musuh yang akan mengintainya. Mengapa ia harus masuk kedalam agama Islam, yang hanya dianut oleh orang-orang lemah, miskin papa dan banyak kebutuhan?

Keduanya sampai di kediaman Baginda Nabi, lalu masuk kedalam. Di dalam ruangan hanya ada kasur kecil. Baginda menyerahkannya kepada Adi, “Silahkan duduk!” katanya.

Adi menolak dan menyerahkannya kembali kepada Baginda, hingga akhirnya Adi duduk di kasur itu.

Baginda Nabi telah merobohkan tembok penghalang antara Adi dan Islam, lalu bersabda, “Wahai Adi, masuklah kedalam Islam, kau akan selamat.”

Adi menjawab, “Aku sudah beragama.”

“Aku lebih tahu darimu tentang agamamu,” lanjut Baginda.

Adi heran, “Benarkah engkau lebih tahu dariku tentang agamaku?”

Baginda menjawab, “Bukankah kau pengikut sekte Rukusiyah?”

Rukusiyah adalah sekte dalam agama Nasrani yang telah kesusupan ajaran Majusi. Inilah keterampilan Baginda Nabi dalam memilih diksi. Beliau tidak bertanya, “Apakah kamu seorang Nasrani?” Akan tetapi beliau menggunakan bahasa yang lebih dalam. Beliau menyebut dengan pasti salah satu sekte dalam agama Nasrani. Inilah Sang Motivator yang telah menguasai berbagai keterampilan!

Adi menjawab, “Benar.”

Baginda bertanya lagi, “Apakah jika kau berperang, kau memakan Mirba’ (seperempat harta rampasan)?”

“Iya,” kata Adi .

“Bukankah itu dilarang dalam agamamu?” tanya Baginda.

Mental Adi jatuh, dan berkata, “Iya.”

“Akan kukatakan apa yang memberatkanmu untuk memeluk Islam,” lanjutnya.

“Kamu berfikir, Islam hanya diikuti oleh orang-orang lemah dan rendahan, sementara ditolak oleh elit Arab. Wahai Adi, apakah kau tahu Hirah (sebuah kota di Irak)?”

“Iya, tapi aku belum pernah ke sana.” jawabnya.

“Demi Allah yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya. Sungguh Allah akan menyempurnakan agama ini, sehingga akan keluar seorang perempuan dengan sekedup dari Hirah menuju Baitullah, tanpa ditemani siapapun dengan aman.”

Yakni, Islam akan berjaya hingga seorang perempuan bisa melakukan ibadah Haji hanya ditemani muhrim-nya dengan aman.

Setelah mendengar itu, Adi menerawang… berarti wanita itu akan melewati semenanjung utara, pegunungan Thay, kampung Adi.

Baginda melanjutkan, “Dan akan ditaklukkan kerajaan Kisra bin Hurmuz,”

“Kisra bin Hurmuz?” Adi terkejut.

“Iya, Kisra bin Hurmuz. Seluruh hartanya akan digunakan di Jalan Allah.”

“Seandainya umumurmu panjang, sungguh kelak kau akan menyaksikan seorang lelaki keluar mengepal emas dan perak dari rumahnya, mencari orang-orang yang akan menerima hartanya. Sayangnya dia tidak menemukannya,” tegas Baginda.

Berarti tidak ada lagi kemiskinan, pikir Adi.

Kemudian Baginda Nabi memberi nasehat kepada Adi dan mengingatkannya tentang Akhirat.

“Kelak, semua orang akan berjumpa dengan Allah, tanpa juru bicara. Di kanan-kiri yang dilihatnya hanya neraka Jahannam…”

Adi diam terpekur. Lalu Baginda mengejutkannya, “Wahai Adi, apa yang membuatmu lari dari mengatakan, La ilaha Illa Allah (Tiada Tuhan selain Allah)? Apakah kau menemukan tuhan yang lebih agung dari-Nya?”

Spontan Adi tertunduk, “Sungguh aku akan tunduk dan menjadi muslim… Asyhadu An la ilaha illa Allah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah. (Aku bersaksi, tiada Tuhan selain Allah. Aku juga bersaksi bahwa Baginda Muhammad adalah nabi dan utusan-Nya).”

Wajah Baginda Nabi sangat ceria dan bahagia.

Waktu berlalu. Mengenang peristiwa tersebut, Adi berkata, “Aku telah menyaksikan kedua peristiwa itu. Wanita dari Hirah keluar untuk melaksanakan thawaf di Baitullah, dan akulah di antara orang yang menaklukkan Istana Kisra. Adapun yang ketiga pasti terjadi, karena Baginda Nabi telah menyampaikannya.”

Renungkan keramahan Baginda Nabi kepada Adi! Renungkan, bagaimana semuanya benar-benar memikat hati Adi untuk menerima Islam. Seandainya kita mempraktekkan keramahan ini kepada orang, niscaya kita menguasai hatinya. Keramahan, itu kuncinya. Pikirkan ini! ‘Dengan keramahan dan menggunakan semua keterampilan interaksi dan penyampaian pesan yang tepat, kita akan mampu mengubah orang.’ Ya, mengubah mereka.[]

 

Lutfi/IslamIndonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *