Satu Islam Untuk Semua

Monday, 10 February 2014

Herodes Agung, Olimpiade, dan Agama Ibrahim


timesofisrael.com

Olimpiade Musim Dingin 2014 yang digelar di Sochi, Rusia pada Jumat (7/2) lalu merupakan Olimpiade yang konon memakan biaya paling mahal yang pernah ada. Yakni lebih dari $ 51 miliar atau sekitar Rp 565 triliun.

Namun, tahukah Anda bahwa sebelum Presiden Rusia Vladimir Putin mendeklarasikan semangat Olimpiade bagi Rusia juga dunia ini, telah ada jauh sebelumnya seseorang yang berdediaksi tinggi untuk mengobarkan semangat sekaligus menyelamatkan Olimpiade?

Ya, dia lah Herodus Agung. Seorang penguasa Yudea 37-4 SM (kini kawasan Palestina dan Israel), yang paling dikenal untuk proyek-proyek pembangunan besar-besaran.

Pada saat itu, Herodus bertindak tidak seperti rekan-rekan modern lainnya–yang menyelenggarakan Olimpiade kuno sebagai kompetisi sekuler. Sebaliknya, ia menempatkan permainan sebagai sebuah peringatan guna menghormati dewa tertinggi dari dewa Yunani, Zeus. Pada situs suci ditandai dengan kuil untuk Zeus dan istrinya Hera, atlet akan bersaing selama lima hari di tengah ritual pengorbanan dari 100 ekor lembu untuk Dewa Ayah. Dan, acara ini dilakukan rutin sebagai agenda empat tahunan.

Selama hampir 1.200 tahun Olimpiade kuno, atlet dari seluruh dunia Helenistik akan melakukan ziarah ke kota Elis, kota tuan rumah dari permainan, dan dari sana naik ke Olympia. Biaya hadiah, hewan kurban, penjamuan, peralatan dan asrama atlet jatuh pada hellanodikai tersebut–hakim aristokrat permainan. Tapi setelah Republik Romawi menaklukkan Yunani pada 146 SM, provinsi miskin tidak lagi mampu untuk membiayai permainan mahal seperti itu. Sehingga, “Peristiwa Olympia dihentikan dan patung-patung victor (kemenangan) gagal didirikan,” tulis Dr. Duane Roller, penulis The Building Program of Herod the Great.

Di usianya yang ke-60,  Herodes melakukan perjalanan ketiga dan terakhirnya ke Roma pada 12 SM, Olimpiade ke-192. Pada perjalanannya, Herodes memberi hadiah mewah ke berbagai kota Yunani di Mediterania timur dengan kemuliaan yang diberikan pada Eleans, “Sumbangan tidak hanya di umum untuk semua Yunani, tetapi untuk seluruh bumi yang dihuni, sejauh kemuliaan Olimpiade tercapai,” tulis Josephus dalam The Jewish War.

“Ketika itu, Herodes merasa kekurangan uang. Namun, ia tidak ingin jika perjuangan mereka sia-sia, dan satu-satunya sisa-sisa Yunani kuno hilang—akhirnya, ia mempertahankan Olimpiade tersebut. Ia tidak hanya menjadi salah satu pejuang dalam kembalinya Olimpiade pada tahun kelima, yang dalam pelayarannya ke Roma ia kebetulan hadir, tapi juga memberikan pendapatannya untuk mereka selama-lamanya. Sehingga ia pun diperingati sebagai pejuang yang tidak pernah bisa gagal,” Josephus menceritakan.

Meskipun Josephus tidak mengungkapkan jenis sumbangan yang diberikan Herodes ke Eleans, Roller berpendapat bahwa raja harus membayar untuk renovasi dan rekonstruksi di lokasi atletik kuno, serta pembiayaan upacara pembukaan, pengorbanan resmi, penjamuan, dan mungkin biaya fungsionaris dan bahkan ‘patung pemenang.

“Sebagai imbalan atas kemurahan hatinya, Herodes diproklamasikan sebagai Presiden (agonothetes) Olimpiade seumur hidup – posisi mungkin dibuat khusus untuknya.”

Setelah kembali dari Roma, Herodes memperkenalkan kembali budaya Yunani-Romawi ke Yudea pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Yosefus menulis dalam Antiquities Yahudi bahwa Herodes “membuat pekan olahraga serius yang akan dirayakan setiap tahun kelima, untuk menghormati Caesar, dan membangun sebuah teater di Yerusalem, seperti juga amfiteater yang sangat besar di dataran di luar kota.” (Meskipun bukti arkeologi teater belum pernah ditemukan, Hebrew University Joseph Patrich menunjukkan hal itu mungkin telah dibangun dari kayu di awal, desain Romawi lebih sederhana.)

Di pelabuhan barunya di Kaisarea Maritima, untuk menghormati pelindungnya Caesar Augustus, Herodes membangun sebuah teater, arena, dan hippodrome, sisa-sisa yang terlihat hari ini. Solomon Zeitlin menulis dalam The Rise and Fall of Judaean State bahwa Herodes mersemikan kota pada tahun 9 SM dengan “keangkuhan dan kemegahan,” yang termasuk  “kontes musik , latihan atletik , balap kuda dan perkelahian gladiator oleh binatang buas.” Herodes juga “mengatur Olimpiade yang akan diadakan pada interval empat tahun” di pelabuhan Yudea.

Warisan Herodes setelah kematiannya pada 4 SM dibagi antara Roma dan Yahudi. Kotanya, Kaisarea, akhirnya akan menjadi ibukota Romawi Syiria Palaestina dan kota terbesar di kawasan itu . Untuk orang-orang Yahudi, peran Herodes pada Olimpiade dan budaya Yunani-Romawi merupakan memori berdarah.

Dalam dekade setelah kematian Herodes, para rabi Farisi yang menyusun Mishnah mengajarkan bahwa “orang-orang yang mengunjungi stadion atau kamp [tentara Romawi] dan tukang sihir dan jampi …  adalah posisi hina dan menjadi bahan ejekan.”

Menariknya, warisan yang diberikan Herodes itu bukan hanya untuk kaum Yahudi saja, melainkan konon ia dedikasikan pula pada agama Ibrahim, dengan salah satu karyanya yang paling megah, rekonstruksi Bait Allah di Yerusalem. Namun begitu, Herodes tetaplah seorang Helenis yang berkomitmen dan antusias pada tradisi Yunani-Romawi, terutama dalam hal permainan atletik dan olahraga.

Sumber: timesofisrael.com

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *