Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 02 April 2014

Hati Nurani Yahudi


foto:kloposmasm.com

“Bendera Israel bukan milik saya…” (Alfred Lilienthal)

BETULKAH  tak ada yang berbeda dengan semua orang Yahudi? Seorang anak umur 7 tahun mendeskripsikan sosok orang Yahudi kepada saya: mata melotot, bertato dan akan berusaha membunuh siapapun di luar dirinya. Mereka pun, masih kata kanak-kanak itu, tak memiliki belas kasihan kepada siapa pun dan sangat membenci Tuhan. “Kalau mati, mereka kelak akan masuk neraka jahanam,”katanya dalam nada yakin.

Sosialisasi kebencian terhadap Yahudi memang sudah berlangsung lama di masyarakat kita. Saya ingat, ustadz-ustadz muda di masjid tempat saya kecil dulu mengaji, begitu bersemangatnya “memonsterisasi” ras ini. Kepada saya, salah satu dari mereka pernah menyodorkan sebuah novel  karya Najib Al Kailani, berjudul Damun Lifathiir Shahyuun (diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi Taring-Taring Pengkhianat). Isinya sekitar kebrutalan orang-orang Yahudi yang demi mengamalkan perintah Talmud (intepretasi para rabbi terhadap hukum-hukum agama Yahudi) sampai menjadikan diri mereka sebagai kanibalis.

Saya sangat percaya, ada sebagian orang Yahudi yang berpikir nyinyir soal eksistensi mereka. Konsep “yang utama” melahirkan istilah “goyim“, manusia non yahudi yang sengaja diciptakan Yahwe (Tuhan) untuk dimanfaatkan secara maksimal oleh orang-orang Yahudi. Ini lantas memunculkan sikap  arogan yang setiap era bertumpuk hingga menjadi bongkahan sovinisme (cinta tanah air/ bangsa secara berlebihan).Sekumpulan Yahudi politis kelak mewujudkan semua “yang berlebihan” ini dengan nama zionisme.

Tapi saya pun tak percaya jika hati nurani telah mati di dada orang-orang Yahudi. Setidaknya itu diperlihatkan oleh Peter Beinart, seorang akademisi Amerika Serikat berdarah Yahudi, yang mengaku geram saat melihat tayangan para polisi Israel menyeret seorang warga Palestina yang  “mencuri” air karena kehausan akibat saluran air dicegah masuk oleh pemerintah Israel ke wilayah yang ditempati orang-orang Palestina. Tangis parau  sang anak  yang melihat ayahnya diseret secara kasar oleh polisi Israel, menyisakan rasa marah yang tak tertahan dari rasa kemanusiaan Beinart.

“Kita mengatakan kepada diri kita sendiri  bahwa Israel adalah negara demokrasi, kenyataannya di Tepi Barat yang adalah sebuah Israel yang etnokrasi (tempat orang-orang Yahudi menikmati kewarganegaraannya dan situasi berbeda terjadi pada orang-orang Palestina),” tulis Beinart dalam The Crisis of Zionism.

 Orang-orang Yahudi seperti Beinart tidaklah sendiri. Percayalah, disamping nama-nama bengis seperti Ariel Sharon, Moshe Dayan, Ben Ghurion, Golda Meir, Netanyahu ada nama-nama  Yahudi lain yang  lebih manusiawi. Adalah salah jika kita mengutuki Yahudi sebagai ras, bilamana ternyata dunia mengenalkan kita kepada orang-orang seperti Chomsky, Vidal, Atzmon, Lilienthal dan sederet  nama Yahudi lainnya yang sangat pro terhadap perjuangan rakyat Palestina dan isu-isu kemanusiaan pada umumnya. Pasti selalu ada kekecualian yang membuat dunia ini tidak hanya dua warna: hitam dan putih.

 

*) Jurnalis Islam Indonesia

 

Sumber: Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *