Satu Islam Untuk Semua

Wednesday, 13 February 2019

Hasil Survei: 59 Persen Guru di Yogya Mendukung Intoleransi


islamindonesia.id – Hasil Survei: 59 Persen Guru di Yogya Mendukung Intoleransi

 

Dalam sebuah seminar yang bertajuk “Ada Opini Radikal di Antara Guru yang Toleran?” yang diselenggarakan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Kamis (7/2), Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyampaikan bahwa ada opini intoleransi dan opini radikal yang tinggi di kalangan guru di berbagai tingkatan sejak TK hingga SMA dalam skala nasional.

Berbicara selaku Koordinator Survei Nasional 2018, Dr Yunita Faela Nisa PSi mengatakan, “Penelitian ini bertujuan melihat pandangan serta sikap keberagamaan guru sekolah/madrasah di Indonesia,” sebagaimana dilansir dari krjogja.com.

Turut hadir sebagai narasumber dalam kesempatan tersebut, Dewan Penasehat PPIM UIN Jakarta Prof Dr Jamhari Makruf, Plt Kepala Kanwil Kemenag DIY Drs H Edhi Gunawan MPdI, Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah V Yogyakarta Dr Bambang Supriyadi, serta Dr Zainal Arifin Ahmad dari UIN Sunan Kalijaga.

Dijelaskan Yunita, untuk Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dengan jumlah guru Muslim yang disurvei sebanyak 32 orang, baik dari guru sekolah maupun madrasah mulai level TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA, hasilnya  menunjukkan bahwa ada opini intoleran sebesar 59,38 persen di antara mereka.

Hal ini hampir sama dengan persentase secara nasional yang berjumlah sebesar 57,03 persen. Dengan diseminasi ini dia berharap dapat menemukan solusi bersama agar bisa berbuat lebih dalam mengatasi kondisi yang demikian.

“Ada opini intoleransi dan opini radikal guru di semua level pendidikan secara nasional yang angkanya cukup tinggi. Hanya saja pandangan tentang hal tersebut berbeda-beda. Untuk DIY misalnya, sebanyak 59,38 persen guru memiliki opini yang mendukung berdirinya Negara Islam. Meski demikian, pandangan tentang dukungan pendirian Negara Islam memiliki spektrum yang bervariasi,” sambung Yunita.

Dikatakannya pula, ada spektrum pemahaman misalnya saja ketika anak didik menjalin hubungan dengan kelompok yang berbeda keyakinan, dikhawatirkan akidahnya akan luntur. Kondisi ini khususnya terjadi pada guru yang mengajar di jenjang lebih rendah, seperti TK atau SD.

Sementara Plt Kepala Kanwil Kemenag DIY Drs H Edhi Gunawan MPdI dalam kesempatan tersebut mengaku cukup kaget dengan hasil survei karena jika dilihat secara umum tidak ada indikasi yang menonjol.

Hanya saja dia mengakui jika guru-guru madrasah mulai dari RA-MA selama ini cenderung bergaul dengan kelompok yang homogen. Tidak pernah bertemu dengan murid non-Muslim sehingga tidak terbiasa berkomunikasi yang kemungkinan dapat memancing intoleransi.

“Bahkan kecenderungannya mereka juga tinggal di lingkungan Muslim, bukan masyarakat majemuk. Karena itu sesuai arahan Menag RI, kami akan memperbanyak program yang memberikan pengalaman bagi guru terkait kemajemukan dan keberagaman. Termasuk juga mensosialisasikan moderasi agama,” tegasnya.

 

PH/IslamIndonesia/Photo Fitur: Febriyanto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *