Satu Islam Untuk Semua

Thursday, 13 February 2014

Habib Luthfi bin Yahya: Tasawwuf Ada dalam Kehidupan Sehari-hari


www.elhooda.net

Bagaimana mengaplikasikan tasawwuf dalam kehidupan sehari-hari?

 

Tak sedikit yang beranggapan bahwa istilah tasawwuf hanya diperuntukkan bagi kegiatan-kegiatan keagamaan yang jauh dari jangkauan kehidupan kita sehari-hari. Misalnya dengan uzlah (mengasingkan diri) dari keramaian, Al Faaqoh (berpesta dalam penderitaan), tidak banyak bicara atau lain sebagainya.

Namun, Habib Luthfi bin Yahya memberikan gambaran tersendiri dalam melihat dan mempraktekkan tasawwuf.

Menurutnya, tasawwuf ini ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Tasawwuf yang memiliki tujuan untuk dekat dengan Tuhan bisa dicapai dengan membersihkan hati. Caranya pun beragam, dan ada tingkatan-tingkatannya.

Yang terpenting, bagaimana kita bisa mengatur diri kita sendiri. Semisal memakai baju dengan tangan kanan dahulu, lalu melepaskannya dengan tangan kiri. Bagaimana kita masuk masjid dengan kaki kanan dahulu. Bagaimana membiasakan masuk kamar mandi dengan kaki kiri dulu dan keluar dengan kaki kanan. Artinya bagaimana kita mengikuti sunah-sunah Nabi. Itu sudah merupakan bagian dari tasawwuf.

“Yang diajarkan para orang tua kita yang merupakan tuntunan Nabi itu pada dasarnya tasawwuf. Sebab inti tasawwuf itu akhlakul karimah. Sumber tasawwuf itu adalah adab. Bagaimana adab kita terhadap kedua orang tua, bagaimana adab pergaulan kita dengan teman sebaya, bagaimana adab kita dengan adik-adik atau anak-anak kita. Bagaimana adab kita terhadap lingkungan kita.” Tutur Habib menjelaskan seperti dikutip dari satuislam.org pada Kamis, (13/02).

Termasuk ucapan kita dalam mendidik orang-orang yang ada di bawah kita. “Kepada anak-anak kita yang aqil baligh, kita harus benar-benar menjaganya agar jangan sampai mengeluarkan ucapan yang kurang tepat kepada mereka. Sebab ucapan itu yang diterima dan akan hidup di jiwa anak-anak kita.”

Habib menilai bahwa kegiatan bertasawwuf bisa dimulai dari hal-hal kecil. Semisal dengan tutur sikap kita terhadap orang tua. Ketika kita makan bersama orang tua, tidak berprasangka buruk pada orang lain, berkasih sayang pada yang lebih tua atau lebih muda, dan lain sebagainya—yang bertujuan untuk membersihkan hati kita itu.

“Ibarat besi, hati kita itu sebenarnya putih bersih. Hanya karena karatan yang bertumpuk-tumpuk lantaran tak pernah kita bersihkan, sehingga cahaya hati itu tertutup oleh tebalnya karat tadi. Na’udzubillah kalau sampai hati kita seperti itu.” Katanya.

Lantas dari mana kita mesti memulai untuk pembersihan hati tersebut?

Ikutlah dahulu ajaran fikih yang tertera dalam kitab-kitab fikih. Seperti arkanus shalat (rukun-syarat shalat), lalu adab shalat, adab thaharah, adab berpakaian, dan seterusnya. Tasawwuf ada di sekitar kita dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

 

Sumber: satuislam.org

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *