Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 04 December 2016

Habib Lutfi bin Yahya: Berhentilah Jadi Bangsa Kerdil yang Takut pada Bayang-bayang Sendiri


islamindonesia.id – Habib Lutfi bin Yahya: Berhentilah Jadi Bangsa Kerdil yang Takut pada Bayang-bayang Sendiri

 

Pada hari yang sama, saat jutaan umat Islam sedang menggelar aksi Super Damai 212 di Ibu Kota, Rais ‘Am Jam’iyah Ahlu Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyah (JATMAN) Habib Luthfi bin Ali bin Yahya mengajak kepada seluruh anak bangsa agar tidak kerdil, berkecil hati dalam menghadapi berbagai tantangan. Menurutnya, kekhawatiran itu sebetulnya wajar, namun jangan sampai mengecilkan hati dan takut dengan bayang-bayang sendiri. Hal itu disampaikannya di hadapan peserta istighasah di Brebes, Jawa Tengah, Jumat (2/12/2016).

“Ayo tunjukkan kalau kita mampu menjadi anak bangsa yang kuat, berada dalam bangsa yang kuat, ketahanan nasional kita juga kokoh,” ajaknya saat berceramah dalam acara tersebut.

Habib Lutfi mengakui bahwa saat ini banyak pihak tak bertanggungjawab yang terus berusaha memecah-belah bangsa Indonesia, dengan menebar keresahan dan kegelisahan di tengah masyarakat, tak semacam itu tidak akan pernah berhasil selama kita semua, terutama kaum Muslimin di Tanah air senantiasa mampu menjaga ukhuwah, persatuan dan kesatuan, menguatkan tali silaturahmi dan saling kesepahaman antara ulama dan umara.

“Kita harus malu pada Sang Merah Putih karena bendera bangsa Indonesia didapat dengan tetesan darah, nyawa para pahlawan bahkan anggota keluarga mereka. Lalu akankah kita cuma lesu tak berbuat apa-apa untuk mempertahankan NKRI?” gugahnya.

Selanjutnya beliau menekankan agar setiap warga negara Indonesia tetap menjaga pusaka Merah-Putih sebagai kehormatan bangsa. Di antaranya dengan cara bersyukur, juga dengan upaya lita’arofu, saling kenal-mengenal satu sama lain. Menurutnya, penting pula memandang perbedaan sebagai berkah, dengan tetap menyadari bahwa orang yang paling mulia di sisi Allah hanyalah mereka yang paling bertakwa dan layak menjadi pengayom, penyejuk, dan bukan pemecah-belah.

“Mari kita perkokoh NKRI, dengan bangga menjadi bangsa Indonesia. NKRI Harga Mati!” pekiknya disambut ribuan hadirin.

Dalam kesempatan yang sama Habib menandaskan tentang pentingnya ikhtiar di samping kepasrahan kepada Allah. Misalnya ketika Allah memberi kita rasa khawatir dan rasa takut, maka pasrah pada Allah, mesti pula dijamin dan dibarengi dengan adanya ikhtiar dan upaya. Sebab tawakal dan kepasrahan kepada Allah itu memang sudah seharusnya diseimbangkan dengan ikhtiar kita.

Berkenaan dengan beragam kekhawatiran, Habib Lutfi menyontohkan, seseorang yang memiliki istri muda khawatir jangan-jangan istrinya menjadi janda muda. Mereka yang anak-anaknya masih kecil, khawatir jangan-jangan anak-anak itu menjadi yatim. Tapi pernahkah kita khawatir, bahwa ketika ajal menjemput dan Israil memanggil, kita sudah benar-benar mempersiapkan bekal yang memadai untuk menghadap-Nya?

Bukan hanya kalangan awam, lanjut Habib, bahkan para auliya atau wali Allah pun memiliki kekhawatiran. Hanya saja, berbeda dengan manusia awam yang biasanya hanya berpikir urusan perut dan hal-hal duniawi lainnya, sebaliknya para auliya justru lebih khawatir tak mampu menjaga hawa nafsunya. Untuk itulah mereka selalu terus bermunajat kepada Allah dalam memerangi hawa nafsu tersebut dan menjernihkan jiwanya dari bisikan setan yang penuh tipu daya.

Di hadapan rasa khawatir, masih kata Habib asal Pekalongan ini, kita dapat berperan aktif mengubah keadaan. Salah satunya, dengan menjadikan kekhawatiran itu sebagai bekal memupuk kekuatan. Artinya, semua tergantung pada sikap kita dalam menghadapi kekhawatiran itu. Tergantung apakah kita akan lebih mendahulukan prasangka baik atau prasangka buruk. Karena sikap yang diambil akan menentukan hasil yang dapat dipetik. Jika kita bersangka baik maka kebaikan pula yang akan kita petik, demikian pula sebaliknya.

 

EH / Islam Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *