Satu Islam Untuk Semua

Sunday, 09 April 2017

Gus Sholah Kritik Program Deradikalisasi BNPT


Ialamindonesia.id – Gus Sholah Kritik Program Deradikalisasi BNPT

 

Tidak sedikitnya mantan narapidana teroris yang kembali melakukan aksi teror cermin program deradikalisasi belum berjalan sebagaimana mestinya. Setidaknya, demikianlah pandangan tokoh senior Nahdlatul Ulama KH. Shalahuddin Wahid tentang fenomena terorisme dan deradikalisasi.

“Penjahat tidak mengenal kata jera. Demikian juga para pelaku terorisme. Sejumlah pelaku terorisme yang keluar dari penjara ternyata kembali melakukan aksi serupa setelah keluar dari penjara,” kata pria yang akrab disapa Gus Solah ini di Sarasehan Bela Negara seperti dilansir beritajatim.com, 7/4.

Mantan Wakil Ketua Komnas HAM ini mencontohkan Santoso yang tewas di Poso merupakan hasil program deradikalisasi yang menurutnya tidak berhasil.

Di depan ratusan pengasuh pesantren di Jombang, Gus Sholah mengungkapkan beberapa hal yang memicu kegagalan program deradikalisasi. Antara lain, program deradikalisasi cenderung bersifat insidental dan tidak terukur capaiannya. Juga, tidak adanya instrumen khusus dari negara dalam penanganan terorisme dan buruknya perlakuan terhadap para pelaku terorisme.

Bagi adik KH. Abdurahman ‘Gus Dur’ Wahid ini, program pembinaan para napi menjelang masa bebas yang dijalankan oleh lembaga pemasyarakatan juga tidak padu dengan langkah kepolisian.

“Saat narapidana menjalani asimilasi dan cuti menjelang bebas, BNPT masih melakukan monitoring secara terbuka, sehingga mengganggu para napi,” katanya.

Untuk mengatasi hal itu, perlu dilakukan sinkronisasi dan memadukan langkah aparat yang terkait dengan penanganan terorisme. Demikian juga penanganan mantan kombatan yang ingin kembali hidup di tengah-tengah masyarakat.

“Mereka tidak kembali ke tengah masyarakat dari titik nol, tapi dari titik minus. Karena itu, harus mendapatkan dukungan dari semua pihak,” katanya.

Dalam kesempatan terpisah, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengakui, jika sebagian aksi terorisme dilakukan oleh eks narapidana teroris yang telah bebas dari penjara. Meski demikian, Petinggi Badan itu, Brigjen Pol Hamidin, membantah jika program deradikalisasi pemerintah selama ini tidak efektif.

Hamidin menyebut, setelah bebas dari penjara, tidak semua warga masyarakat menyambut baik meskipun mereka telah berubah. Apalagi, dari pantauan selama ini, tidak semua terpidana mesti teroris yang ‘keras kepala’ atau ideologis.

Sayangnya, lanjut Direktur Pencegahan Badan ini, semua dipandang sama oleh masyarakat, dimarginalkan dan ditolak dari lingkungannya.

“Bahkan ditolak keluarganya sendiri,” kata Hamidin kepada wartawan usai pembukaan Workshop Pencegahan Propaganda Radikalisme di Dunia Maya bersama Media di Jakarta, 22 Maret.

Dalam kasus bom bunuh diri di Gereja Samarinda 13 November lalu misalnya, pelaku merupakan eks narapidana terorisme yang sudah bebas. Setelah mengalami penolakan dari masyarakat dan keluarganya, pria bernama Juhanda alias Jo ini pun putus asa. Ia akhirnya kembali ke teman-teman lamanya dengan alasan ekonomi. Sayangnya, membangun kehidupan baru sangat sulit bagi dirinya apalagi dengan kondisi terpinggirkan.

“Yang terjadi akhirnya ia bergabung ke sel lama,” katanya.[]

 

 

YS/ islam indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *